SOLOPOS.COM - Para anggota Gafatar mendapat pengawalan dari aparat keamanan setibanya di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Selasa (27/1/2016) petang. (Imam Yuda.S/JBI/Semarangpos)

Pemulangan Anggota Gafatar, keluarga berharap ada kasus tak terulang.

Harianjogja.com, JOGJA-Forum Silaturahmi Keluarga Korban Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) masih was was anggota keluarganya yang sudah kembali ke rumah akan direkrut kembali oleh organisasi Gafatar. Kehawatiran itu dikarenakan organisasi yang dinilai sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu masih eksis.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kami khawatir bahwa anak-anak kami dan saudara kami ibarat mesin yang sedang di-off-kan, suatu kali akan dihidupkan kembali oleh penggunanya,” ujar Saiful Bahri, 56, di kantor Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Universitas Islam Indonesia (UII) di Jalan Lawu, Kotabaru, Jogja, Sabtu (30/1/2016).

Saiful Bahri merupakan salah satu keluarga korban perekrutan Gafatar. Anak pertamanya Alam, 26, menantu dan seorang cucunya sempat pergi ke Mempawah, Kalimantan Barat, pada Desember lalu. Namun, warga Berbah, Sleman ini lega setelah anaknya kembali. Saat ini Alam masih menjalani proses deradikalisasi selama tiga hari bersama ratusan eks Gafatar asal DIY di Yout Center. Saiful pun belum bisa menemui anaknya.

Saiful mengaku anaknya yang merupakan lulusan Hubungan Internasional (HI) salah satu kampus negeri itu pamit ke Kalimantan untuk bekerja sosial dalam bidang donor darah. Namun dirinya terkaget setelah didatangi polisi bahwa anaknya masuk dalam daftar pengikut Gafatar.

Awalnya ia masih asing dengan istilah Gafatar, namun setelah mencari informasi dari berbagai sumber, Saiful marah dan menganggap Gafatar membahayakan.

Selain Saiful, Muhammad Taufik, 54, warga Ngemplak, Sleman, juga mengungkapkan kekhawatiran anak Dyah Ayu Yulianingsih, 27, yang sudah kembali ke Jogja bisa direkrut kembali oleh Gafatar. Ia berharap pemerintah dan aparat kepolisian melakukan upaya pencegahan.

“Kami tidak ingin lagi jika anak kami diambil bergabung ke organisasi yang sudah memecah keluarga,” ungkap Taufik.

Dyah Ayu sempat menghilang pada 11 Desember lalu. Belakangan diketahui Dyah ikut eksodus Gafatar ke Kalimantan. Taufik mengatakan anaknya sempat mengirim pesan singkat selular (SMS) pada awal Januari lalu. Isi pesan itu berbunyi agar Taufik tidak usah mencari Dyah karena kondisi Dyah baik.

Namun, Taufik meyakini SMS itu bukan atas nama anaknya. “Dari bahasanya beda,” ujarnya. Keyakinan Taufik anaknya ikut Gafatar juga diketahui dari salah satu ponsel Dyah yang ditinggal, “Di HP ada lagu mars Gafatar,” kata Taufik.

Taufik berharap agar kasus hilangnya anggota keluarga secara misterius tidak terulang. Ia juga menganggap telah terjadi pelanggaran dalam kasus hilangnya sejumlah anggota keluarga yang ikut eksodus Gafatar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya