SOLOPOS.COM - Aktivitas penambang pasir di Sungai Progo, tepatnya di kawasan Lendah, Kulonprogo. Foto diambil dari Desa Trimurti, Srandakan, Bantul, Selasa (11/8/2015) siang. (Harian Jogja-Arief Junianto)

Penambangan pasir di Srandakan berhasil dihentikan petani.

Harianjogja.com, BANTUL– Puluhan petani dan pemilik lahan di Dusun Talkondo dan Singgelo, Poncosari, Srandakan Bantul berhasil menghentikan sementara aktivitas penambangan pasir di wilayah ini. Menyusul ancaman penggerusan lahan oleh aktivitas penambangan pasir di Sungai Progo.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Ketua Kelompok Tani Dusun Talkondo, Sarjiyo mengatakan, puluhan petani pada Minggu (6/12/2015) menggelar pertemuan dengan pemerintah. Antara lain kepolisian, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), TNI, Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Dinas Sumber Daya Air dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). (Baca Juga : PENAMBANGAN PASIR : Pasir Kali Progo Menipis, Penambang Sistem Sedot Pasir Beralih ke Manualhttp://www.harianjogja.com/baca/2015/10/19/penambangan-pasir-pasir-kali-progo-menipis-penambang-sistem-sedot-pasir-beralih-ke-manual-653194)

Petani meminta agar aktivitas tambang pasir itu dihentikan sementara waktu karena mengancam lahan hak milik warga di dekat Sungai Progo, termasuk lahan pertanian. Aktivitas penambangan pasir itu semakin mendekati lahan warga.

Petani khawatir sebanyak sepuluh hektare lahan bakal lenyap tergerus sungai saat hujan atau banjir tiba, karena kondisi tanah kian rapuh akibat penambangan. Kejadian lenyapnya lahan karena gerusan air sungai pernah terjadi 2012 lalu. Mulanya dikarenakan merebaknya aktifitas tambang di wilayah ini.

“Akhirnya semua pihak sepakat tambang itu berhenti sementara,” ungkap Sarjiyo, Senin (7/12/2015).

Kesepakatan itu dituangkan dalam berita acara. Apabila tambang tersebut masih beroperasi, maka aparat akan langsung merazianya. Total ada tiga lokasi penambangan yang berhenti beroperasi di Singgelo dan Talkondo, baik tambang modern maupun tradisional.

“Tambang tradisional juga mengancam karena mengambil pasir di pinggir sungai,” ujarnya.

Penutupan dilakukan sementara hingga selesai Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 9 Desember mendatang. Setelah itu, warga akan mengukur kembali batas atau patok lahan milik mereka. Setelah itu baru akan dibahas lagi apakah tambang-tambang tersebut boleh beroperasi atau tidak.

Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Desa Poncosari, Srandakan Sukijan mengatakan, sejauh ini petani dan warga lainnya berhasil menghentikan aktivitas tambang pasir tersebut. “Saya lihat hari ini tidak ada lagi yang beroperasi,” ungkap Sukijan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya