SOLOPOS.COM - Bibit tanaman (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, JOGJA – Penanaman pohon yang dikemas dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) oleh pengembang properti seperti hotel dan apartemen saat ini hanyalah bentuk green washing dan pencitraan.

Project Manager Sub-Project 05 SCP Switch Asia Indonesia Christine Effendy mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut hanya melakukan CSR di permukaan, memberikan kesan bahwa mereka peduli terwujudnya lingkungan hijau, padahal tidak.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Sayangnya, kecenderungan penggunaan promosi tipe ini semakin diminati. Tak hanya dalam bentuk penanaman seribu pohon, atau daur ulang.

“Program hanya berjalan sebentar, kemudian hilang dan sia-sia. Selain itu, efek yang terburuk yang terjadi ke depannya adalah, kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan hijau berkelanjutan menjadi minim,” kata Christine Effendy dalam temu media, Sabtu (13/12/2014).

Ditambahkan Christine, masyarakat kemudian tersugesti, bahwa penghijauan, daur ulang, masalah sampah dan SCP menjadi tanggung jawab aktivis, perusahaan, dan bukan mereka.

“Apakah kegiatan tanam seribu pohon terus berlanjut? [Termasuk apakah pohon juga akan dirawat sampai tumbuh besar], belum tentu!” kritik Christine.

Karenanya, kata Christine, hotel yang akan dibangun maupun yang telah berdiri diharapkan bisa terapkan kebiasaan hidup hijau berkelanjutan.

Salah satu industri yang berkembang pesat di Jogja adalah perhotelan. Tumbuhnya hotel yang menerapkan prinsip Sustainable Consumption and Production (SCP)/Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan/ramah lingkungan atau eco-hotel merupakan salah satu target penting yang kini perlu diterapkan di era eco-tourism.

Eco-hotel bisa melakukan banyak hal yang kemudian mendukung empat isu penting SCP dalam segi makanan, transportasi, bangunan, dan produksi energi.

Sejauh ini, baru ada 15 hotel di Indonesia yang tersertifikasi menerapkan SCP, mayoritas berada di Bali, dan Jogja juga memiliki partisipan yang cukup banyak.

“Untuk hotel yang sudah sejak lama dibangun, tetap bisa menerapkan prinsip SCP dengan mulai mengganti lampu mereka menjadi lampu hemat energi, menambah ruang hijau,” ujar Christine.

Ia melihat, implementasi eco hotel amat mampu membantu pelestarian dan mengurangi beban lingkungan, hanya perlu didukung dengan kebijakan pemerintah daerah.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan berbahasa Jerman, sembari menyebut negara Shanghai, dan Indonesia, Kota Jogja berada dalam urutan yang sama dengan Semarang dan beberapa kota lain yang sudah mengalami penurunan level air tanah.

“Perumahan begitu padat di sini, ditambah lagi, kebanyakan rumah memilih memompa sendiri sumber air sehari-hari mereka, padahal seharusnya menggunakan air Perusahaan Daerah Air Minum setempat. Akibatnya di masa depan, bila hal ini terus berlanjut, akan ada sebuah ruang kosong di bawah tanah, yang semakin lama bisa menyebabkan turunnya permukaan tanah atas,” terang Edzar Ruehe, selaku team leader SCP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya