Jogja
Senin, 18 Januari 2016 - 19:20 WIB

PENATAAN KAWASAN MALIOBORO : Haruskah Konsep Penataan Malioboro Diubah?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pagar di tepi Jalan Malioboro menutup akses pejalan kaki di depan Gedung Agung membuat pengunjung harus bergantian saat ingin melintas. Foto diambil Sabtu (16/1/2016). (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Penataan kawasan Malioboro dianggap amburadul,

Harianjogja.com, JOGJA- Anggota Komisi C DPRD DIY, Anton Prabu Semendawai menilai perencanaan penataan Malioboro kurang baik.

Advertisement

(Baca juga : PENATAAN KAWASAN MALIOBORO : Sabar, Penataan Malioboro Masih Diamati, Tunggu Hasilnya)

Titik Nol Kilometer misalnya, menurut dia daripada sekadar diganti pelapisnya, akan lebih menarik bila dikembalikan seperti aslinya di zaman dulu dengan air mancur sebagai tetenger.

Selain itu sebagai magnet wisata Jogja, menurutnya akan lebih baik bila Malioboro bisa menjadi etalase kebudayaan Jogja. Konsep kawasan pejalan kaki secara berkala menjadi solusi yang efektif agar wisatawan bisa menikmati budaya Jogja yang tersaji di sepanjang Malioboro.

Advertisement

“Sayangnya sekarang konsepnya agak tidak jelas. Harus tahu Malioboro mau dibuat apa dulu, kalau misalnya mau oleh-oleh dan belanja ya dijadikan sentra batik dan makanan khas,” ujar dia, Minggu (18/1/2016).

Meski begitu, Anton mengatakan tak perlu mengubah konsep dari awal. Dia menilai penataan yang sudah ada saat ini masih sangat berpeluang untuk diperbaiki arahnya dengan menetapkan lagi konsep yang diinginkan.

“Pengelolaannya kan ada di Pemda DIY dan Pemkot Jogja. Harus ada koordinasi antara keduanya agar tidak malah tumpang tindih dan menyia-nyiakan anggaran,” tandas dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif