SOLOPOS.COM - Limbah cucian PKL Malioboro meluber ke Jalur Pedestrian (IST)

Penataan Malioboro tidak hanya secara fisik, tetapi juga memperhatikan pengolahan limbah

Harianjogja.com, JOGJA — Upaya Pemda DIY menjadikan kawasan Malioboro sebagai sumbu filosofis yang nyaman bagi masyarakat tak luput dari cobaan. Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) penjual makanan menjadi kendala tersendiri dalam menjaga kebersihan paska-pembangunan proyek jalur pedestrian Malioboro tahap satu. Sejumlah pengunjung mendapati PKL di kawasan tersebut membuang limbah cucian di lantai traso pedestrian pada malam hari.

Promosi Semarang (Kaline) Banjir, Saat Alam Mulai Bosan Bersahabat

Salahsatu pengunjung yang mendapati kenyataan itu adalah Bonny. Ia menceritakan, pada Sabtu (24/12/2016) malam ia berkunjung ke Pedestrian Malioboro hingga Minggu (25/12/2016) dinihari. Sekitar pukul 00.00 WIB, ia melihat PKL yang mencuci peralatan makan kemudian air limbah cucian tersebut dibiarkan meluber ke traso bahkan hingga ke tengah pedestrian sampai ke deretan tactile yang dipasang untuk penanda bagi penyandang disabilitas. Bonny sempat mengabadikan foto tersebut. Kemudian pada Senin (26/12/2016) siang, ia mengunggah foto itu ke sebuah grup situs jejering sosial facebook. Tak kurang dari lima jam, mendapatkan komentar lebih dari 1.600 pengguna sosmed yang sebagian besar menyesalkan adanya kekumuhan setelah revitalisasi.

“Malam Minggu saya melihat kenyataan itu. Saya sebagai pelaku pariwisata dan orang asli Jogja sangat prihatin, kecewa. Karena justru orang-orang kita sendiri yang merusak citra Malioboro yang sudah dibenahi [revitalisasi] seperti itu,” ungkapnya kepada Harianjogja.com, Senin (26/12/2016).

Ia menyesalkan tidak ada kesadaran pihak terkait terutama yang bertanggungjawab terhadap kawasan tersebut untuk menegur tindakan PKL itu. Malam itu, ia pun berupaya memberikan penjelasan kepada PKL tersebut dengan harapan agar kebersihan tetap terjaga.

“Baru kemudian disapu. Ada beberapa tempat yang kelihatan kumuh, sekitar lima titik,” kata pria yang juga aktif di bidang perhotelan ini.

Ia menyarankan perlu ada pembinaan sadar wisata, seperti membuat aturan dan ada tindakan tegas. Petugas dari unsur pemerintahan yang bertanggung di kawasan Malioboro tidak hanya dibekali aturan namun juga dibekali kesadaran wisata. Agar pola pikir petugas bisa sejalan dengan program sapta pesona.

“Kalau saya melihat, sebenarnya pembekalan untuk PKL lesehan itu sudah sering [dilakukan], tetapi karena pola pikir dan kurang tegasnya aturan, jadi seperti itu,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya