Jogja
Senin, 28 November 2016 - 11:20 WIB

PENATAAN MALIOBORO : Sultan Pikirkan Tempat Cucian Alat Dapur

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono X-Gubernur DIY (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Penataan Malioboro kali ini berupa fasilitas untuk PKL

Harianjogja.com, JOGJA — Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau proyek penataan Malioboro tepatnya di kawasan depan Gedung DPRD DIY hingga Kantor Dinas Pariwisata DIY, Senin (27/11/2016) sore. Sultan memikirkan perlu adanya air bersih sekaligus saluran tempat pembuangan air limbah cucian alat masak bagi pedagang kaki lima (PKL).

Advertisement

(Baca Juga : PENATAAN MALIOBORO : Ditarget Selesai Sebelum Libur Natal)

Sultan meninjau proyek tersebut bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemda DIY terutama Dinas PUP-ESDM DIY dan Bappeda DIY. Meski di tengah guyuran hujan, Raja Kraton Ngayogyakarta tetap melakukan peninjauan dengan menggunakan payung. Sultan melihat beberapa perangkat yang sudah terpasang seperti tempat duduk, bak sampah, fasilitas jalan bagi penyandang disabilitas hingga air bersih siap minum.

Sultan sempat menanyakan kepada sejumlah pelaksana proyek dan pejabat lainnya terkait kondisi air bersih siap minum.  Hal itu untuk memastikan air yang nantinya diminum masyarakat di Malioboro adalah air yang higienis. Meski secara umum Sultan menilai percontohan di depan Gedung DPRD DIY tergolong baik, dia masih memikirkan tempat cucian perlatan dapur seperti piring bagi PKL.

Advertisement

“Air nggo asah-asah to [perlu air dan tempat mencuci piring], nek sak ember mengko mangkoke rongpuluh [kalau hanya satu ember nanti mangkok yang harus dicuci 20],” ungkap Sultan seusai meninjau proyek kemarin.

Sultan memikirkan tempat untuk mencuci alat dapur bagi PKL sebenarnya bukan tanpa dasar. Mengingat, kata Sultan, keberadaan PKL merupakan ciri khas Malioboro. Sehingga pemerintah tidak mungkin menghilangkan ciri khas itu dengan memindahkan para PKL ke tempat lain. Oleh karena itu, pihaknya perlu memfasilitasi sanitasi yang baik agar, limbah cucian piring dan sejenisnya dapat tertampung dengan baik pula.

“Yang prinsip itu sebetulnya kaki lima ini kan karakteristik Malioboro, jadi memang kalau kita pindah tidak ada artinya. Saya pikir harus ada bersih. Air minum sudah ada. Seperti untuk asah-asah begini kan, mereka kan juga kan ada air berminyak,” imbuhnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif