SOLOPOS.COM - Petugas dari PT.KAI tengah merobohkan kios di sepanjang Jalan Pasar Kembang. (Ujang Hasanudin/ Harian Jogja)

Para pedagang Pasar Kembang yang digusur PT.Kereta Api Indonesia (KAI) tidak bisa melanjutkan usahanya karena tidak memiliki modal

Harianjogja.com, JOGJA-Para pedagang Pasar Kembang yang digusur PT.Kereta Api Indonesia (KAI) tidak bisa melanjutkan usahanya karena tidak memiliki modal. Sampai empat hari pasca penggusuran, mereka masih menganggur.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Baca juga : PENATAAN STASIUN TUGU : Haryadi Minta PT.KAI Pikirkan Pedagang Jalan Sarkem

“Saya masih di rumah, sementara ini menggantungkan hidup pada anak,” ucap Sri Mulyaningsih, saat dihubungi, Minggu (9/7/2017).

Warga Rejowinangun Kotagede ini bahkan harus menitipkan orangtua ke rumah saudaranya di Kulonprogo.

Sri Mulyaningsih merupakan salah satu pedagang Pasar Kembang yang kiosnya tergusur. Ia memang bukan pemegang pertama kios, namun sebagai pemegang kedua setelah ayahnya wafat pada 2003 lalu. Tiga tahun berjualan, suaminya meninggal. Maka, sejak 2006 Ia harus menghidupi dua anak, dan satu orang ibu.

Meski kepemilikan kedua, Sri Mulyaningsih sudah mengurus administrasi hak pengelolaan kios Kantor Pengelolaan Pasar (sekarang Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kota Jogja dan rutin membayar retribusi. Sri Mulyaningsih mengaku ibunya, Yasmania belum mengetahui jika kios yang ditempati keluarga tersebut sejak tahun 1970an lalu itu digusur.

“Ibu saya bertanya-tanya ‘kok tidak berjualan’? saya beralasan sedang tidak enak badan untuk menjaga perasaannya supaya tidak shock, walau pun hati saya sebenarnya sedih. Akhirnya ibu saya sementara tinggal di rumah saudara dulu,” ungkap dia.

Sri Mulyaningsih mengaku belum ada upaya dari PT.KAI mau pun Pemerintah Kota Jogja terkait nasibnya yang sudah tidak berjualan sejak empat hari. Ia berharap ada lokasi pengganti untuk berjualan atau uang pengganti sebagai modal untuk melanjutkan usaha.

Kondisi yang sama dialami Suwarto, pemilik usaha travel dan penjualan tiket ini belum melanjutkan usahanya. Warga Banguntapan Bantul ini masih shock karena lahan usahanya digusur tanpa ada relokasi mau pun kompensasi.

Ia merintis usaha di Pasar Kembang karena melanjutkan usaha ayahnya almarhum Sukaro yang sudah menempati kionya sejak 1973. Awalnya Sukaro membuka usaha warung makan, namun Suwarto menggantinya dengan jenis usaha travel dan penjualan tiket karena dianggap lebih menguntungkan.

Suwarto mengatakan, dahulu kios di sepanjang Pasar Kembang sebagian besar di bangun oleh Pemerintah Kota Jogja, kemudian pedagang membayar retribusi. Mereka adalah pindahan dari Jalan Senopati atas instruksi wali kota Jogja saat itu dan atas izin dari Kraton, kemudian menempati Pasar Kembang.

Ia masih heran lahannya digusur tiba-tiba oleh PT.KAI tanpa ada ganti rugi atau relokasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya