Jogja
Sabtu, 19 Maret 2016 - 08:20 WIB

PENCEMARAN LINGKUNGAN : Kerja Sama Belum Terjalin, Solusi Belum Ditemukan

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sampah (JIBI/Bisnis/Dok.)

Pencemaran lingkungan terjadi di Sungai Opak.

Harianjogja.com, BANTUL- Pencemaran lingkungan terjadi di konservasi Hutan Mangrove di muara Sungai Opak Baros Tirtohargo, Kretek, Bantul. Banyaknya sampah plastik dan batang kayu yang terbawa banjir, Sabtu (12/3/2016) malam mengakibatkan setidaknya satu hektare hutan mangrove di tepian muara rusak.

Advertisement

Kasi Operasi Jaringan Irigasi Dinas Sumber Daya Air (SDA) Bantul Yitno mengatakan, sampah yang menumpuk di tiga bendungan besar di wilayah Bantul mencapai 1.500 kubik.

“Banyaknya sampah yang menggunung tersebut oleh dinas SDA Hanya diangkat ke tepi sungai, kayu kayu yang kecil diminta oleh warga untuk kayu bakar, Sedangkan kayu yang besar-besar tidak diangkat. Kami juga masih bingung dalam pembuangan sampah kiriman dari banjir karena belum ada kerja sama dengan DPU,” kata Yitno, Senin (14/3/2016).

Hal tersebut sangat disayangkan oleh pengelola konservasi hutan mangrove.

Advertisement

“Seharusnya dalam pengelolaan konservasi ini dukungan-dukungan dari berbagai pihak juga sangat dibutuhkan. Kerjasama antara dinas-dinas terkait untuk penanganan pembuangan sampah juga kesadaran masyarakat sendiri agar tidak membuang sampah di sungai.” ujar Dwi.

Secara fungsi hutan mangrove di tepian pantai ini padahal sangat diperlukan, hutan mangrove dapat mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai, sebagai pencegah dan penyaring alami, sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi hewan, dan berperan dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif