SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Foto Ilustrasi. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Harianjogja.com-Dewa Homestay yang terletak di Sosrowijayan, GT 154 Jogja banyak didatangi anggota Tim SAR dan kepolisian karena ingin meminta keterangan terkait pendaki asal Rusia yang hilang di Merapi. Bagaimana sebenarnya Ebrehnin Yeveny, 26, saat tinggal di Homestay tersebut berikut laporan wartawan Harianjogja.com:

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Aria Prasdiwati, perempuan berumur sekitar 35 tahun yang juga pengelola Dewa Homestay awalnya sudah menawarkan untuk mengantar melalui kerja sama travel jaringannya. Pihaknya juga akan menyediakan penerjemah yang akan menemani naik mendaki di Merapi. Kendati demikian Yeveny justru nekat naik sendiri membawa sepeda motor kemudian naik melalui jalur selatan.

Aria, terakhir kali berkomunikasi dengan Yeveny pada Jumat (9/8/2013) lalu. Sempat meminta untuk diantarkan naik ke Merapi. Tetapi karena travel dan penerjemah masih libur Lebaran, ia menyarankan Minggu (11/8/2013).

Saat Sabtu (10/8) pagi pukul 06.00 WIB ia sudah mendapati kamarnya sudah terkunci rapat. Petugas dapur pun urung membuatkannya sarapan pagi. Awalnya ia menduga pergi ke Borobudur atau tempat lain.

“Saya baru tahu kalau hilang di Merapi, saat ada SAR yang datang pada Minggu malam. Kemudian polisi dan lain-lain saya dicari terus,” ungkapnya saat ditemui Harianjogja.com Selasa (13/8/2013).

Yeveny mulai masuk ke penginapannya sejak Senin (5/8/2013) atau H-3 Lebaran. Saat itu ia kali pertama datang sendiri untuk mem-boking satu kamar tepatnya nomor 5. Menurutnya, Yeveny baru memberikan DP pembayaran satu hari sewa. Kendati demikian hal itu memang seringkali dilakukan oleh turis asing kemudian melunasi saat akan keluar dari homestay. “Baru membayar satu hari. Biasanya memang dilunasi di akhir,” kata dia.

Setelah menyewa homestay sehari kemudian seorang wanita yang diketahui bernama Ester Christiwantini datang ke homestay. Tidak hanya sekali namun beberapa kali. Pihaknya juga tidak mengenal atau berkenalan dengan Ester yang disebut-sebut sebagai pacar Yeveny. “Entah pacar atau memang pemandu saya tidak tahu. Kalau datang ya datang, tidak berkenalan juga jadi itu bukan pemandu dari kami,” ungkapnya.

Di tempat persewaan sepeda motor, Yeveny sebenarnya sudah ditawari diantar oleh pemandu menggunakan kendaraan bermotor. Dengan upah Rp300.000, tetapi ia menolaknya dan memilih sewa motor dan berangkat sendiri pada Sabtu (9/8/2013) malam.

Yeveny, lanjutnya, tampak tidak membawa perbekalan layaknya pendaki. Aria melihat hanya membawa peralatan seperti turis traveling biasa. Akan tetapi dari komunikasinya memang memiliki keinginan kuat untuk mendaki Merapi. “Dia memang tampak kebelet ingin naik,” ucapnya.

Sementara itu Ester saat tiba di Kinahrejo kemarin enggan dimintai keterangan wartawan. Menggunakan celana pendek dan kaos putih ia sempat berkomunikasi dengan Komandan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Pristiawan. Saat ditanya Harian Jogja terkait survei pertama, kata dia, ia merasa tidak pernah naik Merapi bersama Yeveny. “Saya tidak naik, kalau ikut naik saya ikut hilang,” ujar saat di dalam mobil Honda Jazz yang terparkir di Kinahrejo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya