Jogja
Jumat, 21 Desember 2012 - 07:20 WIB

PENDAKI TERSESAT: Makan Kadal untuk Bertahan Hidup

Redaksi Solopos.com  /  Esdras Ginting  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pendaki Merapi yang tersesat. (JIBI/Harian Jogja/Desy Suryanto)

Pendaki Merapi yang tersesat. (JIBI/Harian Jogja/Desy Suryanto)

Tim SAR DIY akhirnya menemukan lima warga yang tersesat di lereng Gunung Merapi, Kamis (20/12/2012) pagi, di sekitar bukit Plawangan. Bagaimana kisah Fathurrahman Reza, 23; Imam Hadi Purwanto, 30; Aris Yulianto, 20; Muhammad Dayan, 29 dan Sayid Abdullah, 23 bertahan hidup. Berikut kisah yang ditulis wartawan Harian Jogja Ujang Hasanudin & Abdul Hamied Razak.

Advertisement

Meski dalam kondisi lemas, Sayid, 25, warga Blimbingsari, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Sleman, nampak bahagia saat bertemu dengan anggota keluarganya di Kinahrejo, Cangkringan, Sleman.

Pasalnya, selama dua hari, Sayid bersama dengan empat rekannya warga Terban tersesat di lereng Merapi. Bahkan untuk bertahan hidup Sayid terpaksa makan kadal mentah. Dia bersama keempat temannya Dayan, 32, Muhammad Reza, 24, Imam Hadi Purwanto, 30, Aris, 28, tak bisa pulang sejak Selasa (18/12/2012) malam lalu.

Advertisement

Pasalnya, selama dua hari, Sayid bersama dengan empat rekannya warga Terban tersesat di lereng Merapi. Bahkan untuk bertahan hidup Sayid terpaksa makan kadal mentah. Dia bersama keempat temannya Dayan, 32, Muhammad Reza, 24, Imam Hadi Purwanto, 30, Aris, 28, tak bisa pulang sejak Selasa (18/12/2012) malam lalu.

Tim Search and Rescue (SAR) gabungan DIY dan kepolisian baru menemukan kelimanya, Kamis sekitar pukul 08.40 WIB di Gua Macan, hulu Kalikuning, yang lokasinya sekitar 1,5 kilometer dari Desa Kinahrejo, Cangkringan.

Mereka mengaku linglung, bingung, tak tahu arah jalan pulang. Menurut pengakuannya, awalnya mereka hanya ingin berwisata, sehingga tak membawa perbekalan memadai. Hanya empat nasi bungkus dan dua botol air mineral yang mereka bawa. “Rencananya hanya main jadi tidak bawa apa-apa,” kata Dayat, warga Sinduadi Mlati.

Advertisement

Sejak itulah mereka mulai kebingungan karena melewati batu-batu, tebing dan jurang. Ular kerap mereka jumpai dan tidak ada makanan dan minuman. Suasana kian tegang setelah Dayat pingsan karena kelaparan dan kedinginan. Mereka memutuskan berteduh di bawah pohon bambu sampai Rabu siang.

Karena Sayid tak tahan menahan lapar akhirnya kadal kecil yang dijumpainya di sekitar pohon bambu dimakan. “Semut juga saya makan langsung. Ya gimana lagi dari pada kelaparan,” katanya.

Paman Reza, Suprih Santoso mengakui kelimanya bukan pendaki melainkan untuk main selama semalam di Gua Jepang. “Mereka mau maen dan ritual entah apa di gua Jepang,” ujarnya. Yang jelas, Suprih mengaku lega dengan ditemukannya keponakan dia dalam keadaan selamat.

Advertisement

Ketua RT 2 RW 1, Terban, Jumadiyanto mengaku berdasarkan informasi yang dia terima, warganya ke Gua Jepang untuk menjalani ritual dan mencari wangsit. Hal itu dibenarkan oleh Wahono, 40, ayah Muhammad Dayan. “Sepertinya, mereka ke atas untuk cari berkah apa wangsit gitu sehingga tidak bawa bekal sama sekali. Itu kan nekat, apalagi mereka belum pernah mendaki gunung,” katanya.

Senada disampaikan Wakiyem, 53, ibunda Imam Hadi Purwanto alias Ipung. Dia mengatakan, Ipung berpamitan sebelum berangkat. Namun, dia sudah kehilangan kontak dengan Ipung sejak, Selasa (18/12/2012) pukul 17.00 WIB. “Dia bilang, bu aku tersesat bingung jalan pulangnya. Akhirnya, menantu saya Melinda (istri Ipung) naik ke atas mencari bantuan,” katanya.

Ibu Sayid Abdullah, Sumiyati, 45 mengaku sebelumnya tidak mengetahui anaknya hilang di Merapi dan baru diberi tahu kondisi anaknya setelah ditemukan. “Biasanya memang sering main dengan Ipung dan teman-temannya. Tidak tahunya mereka tersesat di atas,” kata Sumiyati.

Advertisement

Sejak Rabu malam, baik Wakiyem, Sumiyati maupun Wahono, rela menunggu semalaman bersama puluhan warga lainnya di Balai RW 02 Terban.  Komandan SAR DIY Brotoseno mengimbau agar masyarakat yang ingin mendaki Merapi via jalur Selatan untuk ditunda sampai kondisi benar-benar aman dan nyaman.

Terlebih di musim hujan seperti saat ini. “Kami juga menginformasikan, bagi warga yang memang belum punya pengalaman sebagai pendaki, tapi berkeinginan naik Merapi seyogyanya mengajak teman yang memang sudah memiliki kualifikasi sebagai pendaki untuk mendampinginya,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif