SOLOPOS.COM - Bimbingan teknik (bimtek) e-filling di Gedung Pemda DIY Unit 9, Jogja, Jumat (18/3/2016). (Kusnul Isti Qomah/JIBI/Harian Jogja)

Pendapatan pajak di DIY sampai 9 Maret sebesar Rp495 miliar

 

Promosi Mi Instan Witan Sulaeman

Harianjogja.com, JOGJA-Jumlah penerimaan pajak di DIY sampai 9 Maret sebesar Rp495 miliar. Jika dibandingkan tahun lalu tumbuh 4,85%. Dari sekian banyak sektor, properti berandil paling rendah untuk penerimaan pajak tahun ini.

Kepala Direktorat Jenderal Pajak (DJP) DIY Yuli Kristiyono mengatakan, pertumbuhan tersebut bisa terjadi salah satunya karena kampanye masif tentang amnesti pajak yang sudah dilakukan DJP DIY maupun KPP Pratama di masing-masing kabupaten/kota. Kampanye tersebut memberi dampak pada penerimaan pajak yang bertambah.

Kendati mengalami pertumbuhan, posisi capaian DIY masih jauh di bawah angka nasional yang sudah mencapai 12%. Ia melihat jumlah wajib pajak masih sangat kecil jika dibandingkan total wajib pajak di DIY.

“Jumlah wajib pajak di DIY ada 497.000 tetapi yang bayar hanya 53.397 WP,” kata Yuli dalam Media Gathering di Rumah Makan Handayani, Kamis (9/3/2017).

Salah satu cara untuk meningkatkan penerimaan pajak di DIY yakni dengan melakukan pendekatan terhadap UMKM. Kedekatan yang dijalin tidak semata untuk menarik pajak tetapi untuk mengakomodir kebutuhan UMKM. “Mereka butuhnya apa. Misal untuk pengemasan, pemasarannya, atau proses produksi yang halal,” kata Yuli.

Berdasarkan data, sektor jasa keuangan dan asuransi paling berandil besar dalam penerimaan pajak. Kontribusinya sebesar 22,32% dengan pertumbuhan 2,29% dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama.

Sementara kontribusi paling rendah dari sektor konstruksi yang hanya andil 5,32%. Sektor ini justru mengalami minus pertumbuhan sebesar 3,45% dibanding tahun sebelumnya.

Yuli mengatakan, saat berkoordinasi dengan pihak pengembang properti, mereka memang mengeluhkan kondisi ekonomi yang tidak stabil yang kemudian membawa imbas pada turunnya penjualan rumah.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) DIY Nur Andi Wijayanto mengatakan, pada setahun belakangan bisnis properti memang tengah lesu. Pada 2016 kemarin saja target suplai 2.200 unit tidak tercapai. “Ada penurunan perjualan sebesar 30 sampai 40 persen untuk rumah di atas Rp500 juta,” tuturnya.

Menyikapi kondisi ekonomi saat ini, REI membuka peluang bagi pengembang untuk merambah ke properti di bawah Rp500 juta. Ia melihat saat kondisi ekonomi tidak stabil, penjualan rumah dengan harga di bawah Rp500 juta tetap baik sehingga pengembang perlu melakukan ekspansi bisnis menyasar ke pembuatan rumah hunian yang lebih murah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya