SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Bantul Abdul Halim MUslich saat menggunting pita peresmian Laboratorium Seni Budaya dan Film SMA Negeri 3 Bantul, Jumat (16/12) pagi. (Harian Jogja/Arief Junianto)

Pendidikan Bantul mendapat perhatian dari Dinas Kebudayaan DIY

Harianjogja.com, BANTUL-Setelah mendapatkan bantuan seperangkat gamelan senilai Rp400 juta dari Dinas Kebudayaan DIY, SMA Negeri 2 Bantul kembali dipercaya oleh pemerintah untuk terus mengembangkan sekolahnya sebagai model pendidikan berbasis budaya.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Tahun 2016 ini, mereka kembali mendapatkan bantuan senilai Rp750 juta yang diwujudkan dalam bentuk laboratorium seni budaya dan film.

Kepala SMA Negeri 2 Bantul Isdarmoko mengaku, dengan dana sebesar Rp750 juta itu, pihaknya berhasil menyulap bangunan lama menjadi sebuah laboratorium seni budaya. Setidaknya ada 3 ruang yang berhasil direhabnya, yakni ruang pameran, ruang kontrol, dan studio.

“Sedangkan sisanya digunakan untuk melengkapi alat-alat pendukung seperti alat syuting, sound system, tata cahaya lampu, alat musik, sampai buku-buku budaya,” katanya saat ditemui usai acara peresmian laboratorium itu, Jumat (16/12/2016) pagi.

Dalam laboratorium itu, ia memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengembangkan bakat seninya. Tentunya dengan tetap berakar pada tradisi dan budaya.

Bahkan, ekstra kurikuler sinematografi, diakuinya sudah banyak diminati siswa. Buktinya, kendati laboratoriumnya baru saja diresmikan, tercatat ada 2 judul film yang sudah dihasilkan siswa.

Tak hanya laboratorium itu saja, kini ia pun tengah menggalakkan budaya literasi di lingkungan SMA Negeri 2. Melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), ia berharap bisa semakin menumbuhkan semangat membaca, terutama untuk para siswanya.

Beberapa program yang sudah ia luncurkan antara lain program wajib membaca selama 15 menit di awal Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM). Tak hanya itu, pihaknya juga menempatkan rak buku di beberapa titik area terbuka. “Harapannya, siswa menjadi lebih akrab dengan buku. Selain tentunya melalui perpustakaan di tiap-tiap kelas,” katanya.

Terpisah, Kepala Bidang Perencanaan dan Standarisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY Suroyo mengakui, di DIY hanya ada 2 sekolah yang ditetapkan sebagai model pengajaran pendidikan berbasis budaya. “Salah satunya ada di sini [SMA Negeri 2 Bantul],” katanya.

Dijelaskannya, pendidikan berbasis budaya itu menjadi hal penting untuk menumbuhkan karakter berbudaya bagi siswa. Itulah sebabnya, sekolah sebagai insititusi pendidikan seharusnya bisa berperan untuk itu.

Sementara Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslich membenarkan, bahwa SMA Negeri 2 Bantul adalah teladan bagi insiititusi pendidikan lain terkait pengajaran budayanya. Di sekolah itu, siswa diajarkan untuk lebih mengenal tradisi dan kebudayaannya, dalam hal ini Jawa. “Pada tradisi dan kebudayaan terkandung nilai-nilai luhur yang sangat bagus untuk membentuk karakter siswa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya