Pendidikan Gunungkidul menghadapi masalah salah satunya angka putus sekolah
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Sedikitnya 105 anak putus sekolah di Gunungkidul akan dibina selama satu bulan di Pusat Kegiatan Belajar dan Mengajar. Harapannya dengan kegiatan itu, bisa menumbuhkan minat anak untuk tetap bersekolah.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Upaya penyisiran dilakukan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Gunungkidul, yang dibantu oleh petugas pendamping Program Keluarga Harapan. Sasaran anak yang dibina merupakan anak putus sekolah yang telah bekerja.
Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Syarat Kerja Dinsosnakertrans Gunungkidul, Tri Sarimukti mengatakan, pendataan terhadap anak putus sekolah sudah dilakukan. Dari kegiatan itu ditemukan 105 anak putus sekolah dan akan dibina di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) selama satu bulan.
Dia mengatakan, 105 anak itu berasal dari sepuluh kecamatan di Gunungkidul. Kondisi perekonomian keluarga menjadi penyebab utama anak tidak lagi bersekolah.
Selain itu terdapat beberapa kasus, di mana orang tua kurang peduli dengan pendidikan sehingga saat seorang anak berhenti sekolah, tidak ada dorongan kepada anak untuk terus melanjutkan pendidikannya.
“Kecamatannya ada yang dari Playen, Paliyan, Tanjugsari, Ngawen, Wonosari dan sejumlah kecamatan lain,” kata Sarimukti kepada wartawan, di sela-sela Pembukaan Pameran Potensi Daerah di Gedung Serba Guna Siyono, Rabu (1/6/2016).
Ia mengatakan, dari penelusuran yang dilakuan petugas, anak yang putus sekolah ini umumnya bekerja di bidang UMKM, pertanian, perdagangan serta jasa. Diharapkan adanya pembinaan itu maka anak-anak mau dan memiliki semangat untuk terus bersekolah.