SOLOPOS.COM - Ilustrasi guru (JIBI/Solopos/Dok)

Pendidikan Jogja akan menerapkan SKS

Harianjogja.com, JOGJA — Pembelajaran berbasis Sistem Kredit Semester bagi siswa dinilai sebagai sistem yang bagus untuk diterapkan karena cenderung lebih menghargai potensi dan keunikan masing-masing anak.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Baca Juga : PENDIDIKAN JOGJA : Ini Sisi Positif Pembelajaran SKS

Pengajar di Program Paskasarjana Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Wuryadi menyampaikan, untuk membuat metode pembelajaran berbasis SKS bisa berhasil, kompetensi guru harus disiapkan terlebih dahulu. Guru harus mampu mengenali kemampuan siswa dan harus bisa menerapkan student learning center.

“Pengetahuan dan kemampuan guru harus disiapkan terlebih dahulu, melalui pelatihan dan penelitian. Guru tidak harus berdiri terus di depan kelas, tapi bisa mengikuti kegiatan para siswa,” jelasnya, Minggu (2/7/2017)

Lebih lanjut Wuryadi menerangkan, guru juga dituntut untuk membuat program  pembelajaran secara utuh sehingga siswa bisa melakukan ekplorasi secara menyeluruh.

“Guru tidak boleh hanya memikirkan minggu depan mau ngajarin apa, minggu depannya apa. Tapi harus utuh. Tapi kadang tidak semua guru memiliki kemampuan seperti itu. Tanpa semua itu SKS tidak akan berjalan,” bebernya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada tahun ajaran 2017/2018 rencanya ada tujuh SMP di Kota Jogja yang akan menerapkan SKS, yakni SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 5, SMP Negeri 7, SMP Negeri 8, SMP Negeri 16, dan SMP Muhammadiyah 3.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja, Edy Heri Suasana mengatakan ketujuh sekolah tersebut sudah menyatakan kesiapannya dalam menjalankan SKS seperti pelayanan akademik, guru, serta sarana dan prasarana pendukung.

“Beberapa sekolah sudah mensosialisasikan kepada orang tua yang sekarang masih menjadi siswa dan akan mensosialisasikannya kepada orang tua siswa baru,” ujarnya.

Terkait masalah student learning center, ia mengatakan pihaknya sudah berusaha mengubah paradigma guru dari yang awalnya berperan sebagai pusat pengetahuan menjadi fasilitator  bagi siswa sejak 23 tahun yang lalu. Tapi semua itu memang tidak mudah.

“Memang ada satu dua yang belum seperti itu, tapi ada banyak yang sudah menerapkan student learning center. Kami terus menerus mengadakan diklat. Karena pesertanya ribuan, ada yang terjangkau, ada yang tidak,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya