SOLOPOS.COM - Ilustrasi kesehatan reproduksi wanita (JIBI/Solopos/Dok.)

Pendidikan Jogja berikut mengenai penerapan kesehatan reproduksi.

Harianjogja.com, JOGJA-Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (PGSD FIP UNY), Naning Pratiwi, mengembangkan sebuah media pembelajaran khusus pengenalan kesehatan reproduksi yang menarik dan sesuai dengan perkembangan anak dengan judul MERESE (Media Reproduksi Sehat). Merese merupakan media pembelajaran interaktif dalam pengenalan kesehatan reproduksi untuk siswa Sekolah Dasar.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Naning mengatakan, MERESE merupakan media pembelajaran interaktif yang digunakan untuk mengenalkan pentingnya mengetahui dan menjaga kesehatan reproduksi. Sasaran dari media ini adalah siswa kelas VI sekolah dasar dengan alasan materi pengenalan kesehatan reproduksi terdapat dalam kurikulum pembelajaran IPA kelas VI. Media ini merupakan media berbantukan komputer yang mengkombinasikan tutorial dan permainan sehingga memungkinkan pembelajaran lebih interaktif.

Materi yang terdapat dalam media pembelajaran ini terdiri dari tahap pertumbuhan manusia, ciri perkembangan fisik manusia, alat reproduksi manusia, dan penyakit terkait reproduksi dan cara pencegahanya. Adapun perancangan yang dilakukan dalam pembuatan MERESE terdiri dari perancangan fungsi, skenario dan storyboard.

“Budaya masyarakat Indonesia memandang pendidikan seksual sebagai suatu hal yang tabu di ajarkan pada usia anak. Selanjutnya, pandangan tabu ini berpengaruh pada sikap orang tua yang cenderung tidak terbuka kepada anak,” kata dia, saat menjelaskan hal terkait reproduksi, dalam rilis diterima Harianjogja.com, Minggu (3/7/2016).

Akibatnya kondisi itu, imbuh dia, anak tumbuh dengan kebingungan sehingga berpotensi mencari tahu informasi terkait reproduksi melalui media sosial dan internet yang cenderung mengarah ke pornografi. Sikap orang tua terhadap pendidikan seksual juga berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan seksual di sekolah. Hal ini dikarenakan orang tua merupakan salah satu komponen pendukung proses pendidikan.

Fakta ini mengharuskan adanya kesamaan persepsi antar sekolah dan orang tua terkait pendididikan seksual. Kondisi ini salah satunya tercermin dalam penggunaan media pendidikan seksual yang tidak hanya dapat digunakan guru di sekolah, namun juga dapat digunakan sebagai media parenting untuk orang tua siswa.

Menurutnya gadis kelahiran Karang Tengah 6 Mei 1995 tersebut, media pembelajaran ini dapat mempermudah guru dalam mengajarkan kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah dasar.

“Selain itu, media pembelajaran yang dirancang menarik dan menyenangkan dapat membantu menarik perhatian siswa untuk belajar kesehatan reproduksi,” ungkapnya.

Ia berharap Merese dapat menjadi media perantara pendidikan reproduksi untuk orang tua kepada anak, sehingga pendidikan kesehatan reproduksi tidak lagi dianggap tabu. Selain itu diharapkan dapat membantu upaya pencegahan masalah terkait reproduksi yang berpotensi timbul saat anak dewasa, seperti kanker serviks, kanker prostat, kehamilan dini, aborsi dan lain-lain.

Karya ilmiah tentang Merese ini mengantarkan Naning Pratiwi meraih peringkat pertama mahasiswa berprestasi tingkat Fakultas Ilmu Pendidikan tahun 2016. Gadis penerima beasiswa bidikmisi tersebut mengaku prihatin dengan perkembangan anak yang lebih cepat dari usianya karena pengaruh eksternal.

“Oleh karena itu saya buat karya ilmiah ini sekaligus untuk melindungi anak dari kejahatan seksual” ungkap alumni SMAN 1 Belitang, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan tersebut.

Naning Pratiwi, pengembang program Merese, UNY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya