SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, JOGJA-Penelitian yang dilakukan Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia dinilai belum memberi inovasi untuk mendorong perkembangan negara. Sebuah produk bisa disebut inovatif bila teruji di pasaran.

Ketua Umum Ikatan Saudagar Muslim Indonesia Ilham A Habibie mengatakan, sebuah produk penelitian harus dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Sebaliknya, bila temuan atau produk tersebut tidak digunakan dalam kehidupan masyarakat hal itu tak ubahnya sebagai tumpukan laporan temuan. “Jelas hasil penelitian itu bukan sebuah inovasi,” ujarnya seusai memberikan pidato ilmiahnya dihadapan 1.414 wisudawan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di JEC, Sabtu (16/11).

Promosi Meniti Jalan Terakhir menuju Paris

Anggota Komite Inovasi Nasional ini mengatakan, tanpa ada karya inovatif suatu negara tidak akan memiliki daya saing. Negara tersebut juga tidak akan mampu berkompetisi dengan negara lain di tingkat global. “Syarat agar suatu penelitian menjadi inovasi adalah dengan membentuk klaster besar yang menghubungkan antara akademisi, pebisnis, komunitas dan pemerintah,” katanya.

Sayangnya, keberadaan klaster ini di Indonesia belum terbentuk. Para peneliti di Indonesia belum membentuk koneksi yang baik dengan pemerintah dan industri. Ilham menilai, saat ini PT menciptakan diri sebagai golongan yang tak tersentuh sehingga kalangan industri malas berinvestasi dalam bidang penelitian. “Mereka (industri) beranggapan investasi penelitian tidak perlu dilakukan. Mereka merasa sudah untung dengan penerapan inovasi yang ada. Oleh karenanya, perlu peran pemerintah sebagai regulator untuk mengatur masalah ini,” kata Ilham.

Ilham menegaskan, kebijakan riset dan teknologi (ristek) di Indonesia masih perlu dikembangkan. Namun, pengembangan tersebut bukan diukur dari sisi kuantitas saja tetapi dari hasil yang dicapai. Ristek, tandasnya, harus  digabung dan digerakkan semua lini mulai bidang ekonomi, perdagangan, perindustrian, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.

“Melalui ristek terpadu ini, saya yakin Indonesia tidak hanya akan menjadi negara pengekor. Bila itu dilakukan, saya akan mengabdikan diri,” ujar putra sulung Presiden RI ke-3 BJ Habibie ini.

Alasan Ilham sangat logis. Sebab, Infonesia akan menghadapi ancaman masa depan yang pelik. Kalau negara mampu berproduksi, katanya, maka Indonesia tidak hanya menjadi konsumen tapi juga bisa ekspor. Tentu hal tersebut perlu diimbangi dengan edukasi kepada masyarakat agar mencintai produk dalam negeri. “Kalau kita pintar mengelola potensi yang ada, kesenjangan dengan negara maju dunia lainnya tidak akan terlalu besar,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya