Jogja
Sabtu, 3 September 2016 - 14:20 WIB

PENELITIAN WOLBACHIA : Amankah Riset Aedes Aegypti ber-Wolbachia? Ini Penjelasannya

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Persiapan pelepasan telur nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia di Museum Sasana Wiratama Diponegoro, Tegalrejo Jogja. (Foto istimewa)

Penelitian Wolbachia dilakukan di Jogja sebagai antisipasi pengendalian demam berdarah dengue (DBD)

Harianjogja.com, JOGJA- Penelitian pengendalian demam berdarah dengue (DBD) yang digawangi oleh Eliminate Dengue Project Jogja (EDP-Jogja) dengan teknologi Wolbachia aman atau memiliki risiko yang dapat diabaikan (negligible risk).

Advertisement

(Baca juga : PENELITIAN WOLBACHIA : 600.000 Telur Nyamuk Disebar di Kota Jogja)

Hal itu sesuai kajian analisis risiko yang dilakukan oleh tim independen yang dibentuk oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

“Pengendalian DBD dengan Wolbachia ini aman ditilik dari empat aspek yaitu ekonomi dan sosio-kultural, pengendalian vektor, ekologi, dan kesehatan masyarakat,” papar Prof.  Damayanti Buchori, Ketua Tim Kajian Analisis Risiko, dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Sabtu (3/9/2016).

Advertisement

Eliminate Dengue Project Jogja (EDP-Jogja yang dimotori oleh Fakultas Kedokteran UGM  dan didanai Yayasan Tahija Indonesia kini tengah mengembangkan penelitian pengendalian DBD dengan menggunakan Aedes aegypti ber-Wolbachia.

Nyamuk tersebut mampu menghambat penularan virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga tidak mampu menularkan virus dengue kepada manusia. Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di 60% jenis serangga yang ada di bumi, termasuk kupu-kupu, lebah dan lalat buah. Wolbachia tidak terdapat dalam nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah.

Kegiatan ini dimotori oleh lima orang tim pakar independen ini terdiri dari ahli berbagai bidang yang berasal dari akademisi dan praktisi dari universitas dan lembaga-lembaga riset di Indonesia. Selain tim inti yang terdiri dari lima orang, juga terdapat 20 anggota tim pengkaji risiko lainnya yang juga tergabung dalam kajian ini.

Advertisement

Pelapasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang sudah dilakukan di Jogja pada skala kecil di sebagian wilayah Sleman dan Bantul pada 2014 lalu menyediakan bahan-bahan penting bagi pelaksanaan analisis risiko ini.

Pada awal 2016 lalu, badan kesehatan dunia (WHO) telah merekomendasikan untuk memperluas penelitian terkait penggunaan Wolbachia untuk menangani penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes, diantaranya untuk penanganan DBD.

Selain Indonesia, negara lain yang tergabung dalam EDP-Global yang telah melakukan kajian serupa adalan Vietnam dan Australia pada. Hasil kajian tersebut menjadi tonggak untuk melakukan kajian lebih lanjut di Indonesia, dalam latar lingkungan yang berbeda.

Kemenristekdikti berharap bahwa hasil kajian analisis risiko ini bisa digunakan tim peneliti untuk terus mengembangkan penelitian ini, mengingat penyakit DBD masih menjadi ancaman serius di Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif