Harian Jogja.com, JOGJA–Pasar ekspor furnitur dan mebel Indonesia sebagian besar masih bergantung pada pasar-pasar Eropa dan Amerika. Pemberlakuan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) akan membuat harga produk industri ini semakin tinggi.
Manager Indonesia Office International Furniture Fair Singapore (IFFS) 2014, Bambang Daud Suyono, mengungkapkan tidak semua buyer yang konsen pada SVLK.
“Tidak semua buyer demikian. Apalagi kebanyakan penerapan sertifikat legal ini untuk mebel. Sementara produk Jogja kebanyakan adalah produk-produk yang relatif kecil dan lebih ke handicraft,” ujar Bambang kepada Harian Jogja.com, Sabtu (31/8/2013).
Penerapan SVLK yang diberlakukan oleh negara-negara di Eropa memang sudah menjadi isu lama. Namun, hingga kini regulasi tersebut tidak terlalu berpengaruh pada ekspor furnitur Indonesia. Bambang mengungkapkan sebagian besar industri ini digerakkan oleh sektor mikro. Hal ini tentunya akan membuat beban industri ini semakin besar.
“Saya juga eksportir, tapi sejauh ini belum ada masalah mengenai pemberlakuan regulasi ini. Asmindo sendiri juga sudah mengawal, jadi saya rasa ada jalan keluar. Hanya sedikit buyer yang konsen pada sertifikasi kayu,” ujar Bambang.
—