Jogja
Sabtu, 18 Oktober 2014 - 20:15 WIB

Pengayuh Becak Motor Minta Tak Dirazia, Ini Alasan Mereka

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA- Pengayuh becak motor di Jogja meminta agar kepolisian dapat merazia, bahkan mencopoti mesin betor.

Parmin, pengurus komunitas betor mengaku tak memperoleh undangan atau dilibatkan dalam sosialisasi penataan Malioboro, padahal ia saban harinya mangkal di daerah pertigaan Terang Bulan Malioboro.

Advertisement

Bahkan, ia pun mengaku sebagai ketua pengurus becak motor dan onthel di areanya itu. Ia mengatakan, jumlah betor di DIY sekarang ini ada sekitar 1.700, sedangkan yang beroperasi di Malioboro ada sekitar 600. “Tiap hari terus bertambah,” katanya.

Menurutnya, kebanyakan pengayuh becak yang beralih ke betor karena usia yang sudah tua sehingga tidak capek. Dengan begitu, pengayuh becak masih dapat menggarap sawahnya sepulang atau sebelum mencari nafkah lewat betor. “Kalau dirazia, polisi harus mau menanggung kesejahteraan kami,” katanya.

Ia membantah ada sentimen antarpengayuh becak dengan betor di Maliobor. Baik betor ataupun becak onthel biasanya mengantre untuk mendapatkan penumpang. Siapa yang paling depan mendapatkan lebih dahulu. “Namun kalau ada yang jauh baru disarankan naik betor,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif