Jogja
Sabtu, 11 Maret 2017 - 06:20 WIB

PENGELOLAAN SAMPAH BANTUL : Pemkab Andalkan Bank Sampah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/dok)

Pengelolaan sampah Bantul berupa bank sampah diperlukan.

Harianjogja.com, BANTUL — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul mengandalkan bank sampah, untuk mengurangi volume sampah dan mewujudkan program Bantul Bersih Sampah 2019.

Advertisement

Kepala Bidang Persampahan, Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Antonio Hutagaol menyebutkan, volume sampah di Bantul sebelumnya berkisar 30 ton per hari. Namun data terakhir DLH mencatat, volume sampah di Bantul yang sampai ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Piyungan mencapai 60 ton per hari.

Dijumpai pada Jumat (10/3/2017), ia menyebutkan angka perbandingan dari jumlah 60 ton terdiri dari 40 ton sampah organik dan 20 ton sampah anorganik. Jumlah sampah organik di Bantul terhitung masih banyak, karena tidak semua masyarakat memiliki kesadaran untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Begitu juga dengan sampah anorganik.

Advertisement

Dijumpai pada Jumat (10/3/2017), ia menyebutkan angka perbandingan dari jumlah 60 ton terdiri dari 40 ton sampah organik dan 20 ton sampah anorganik. Jumlah sampah organik di Bantul terhitung masih banyak, karena tidak semua masyarakat memiliki kesadaran untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Begitu juga dengan sampah anorganik.

Ketika mereka membuang sampah dari rumah tangga dan pasar, maka dicampur begitu saja di tempat pembuangan sampah tanpa dipilah. Maka, banyak pihak ogah mengolah kembali sampah anorganik yang tercampur sampah basah, karena jijik.

“Itu alasan kami memunculkan banyak bank sampah. Pertama, agar lingkungan bersih, kedua ada proses pemilahan sampah, yang organik menjadi kompos, yang anorganik dipilah untuk diolah lagi di bank sampah,” ujarnya.

Advertisement

Saat ini Bantul memiliki 124 bank sampah. Pada 2018, DLH berharap ada bank sampah di setiap 75 desa di Bantul. Kendati demikian, pada tahun ini, fokus program bukan hanya membina lahirnya bank sampah baru. Melainkan juga memikirkan cara terbaik untuk menjual produk-produk hasil karya bank sampah.

Terkait dengan persampahan, Pemkab juga turut menggali informasi dari masyarakat, di tingkat bawah. Mengenai kendala pengelolaan sampah hingga ide-ide pengolahan sampah, agar ke depannya, ditemukan langkah paling solutif untuk menangani sampah di Bantul.

Di kesempatan itu sekaligus ia mengimbau, untuk mencapai Bantul Bersih Sampah 2019, maka diharapkan masyarakat bisa mengurangi penggunaan sampah plastik, serta menerapkan pola pilah sampah dan membuang sampah di tempatnya.

Advertisement

Salah seorang penggerak bank sampah di Bantul, Bambang Suwerda menyatakan dukungannya terhadap program Bantul Bersih Sampah 2019. Karena regulasi tersebut bukan hanya mewujudkan Bantul bersih dari sampah, melainkan juga warga menjadi sehat.

“Kami akan mendukung gerakan satu desa satu bank sampah, kami mulai hari ini akan turun di tiap kecamatan, sosialisasi pengelolaan sampah mandiri ke masyarakat,” kata dia.

Ia berharap dengan adanya bank sampah, bisa menurunkan mengurangi volume sampah di bak-bak sampah dan TPA. Mengingat, sebagian sampah dapat ditabung di bank sampah.

Advertisement

Terlebih lagi, produk hasil olahan sampah yang dibuat oleh bank sampah, telah memiliki ruang pajang di Rumah Kreatif Bantul, difasilitasi oleh Dekranasda Bantul.

“Konsumen bisa melihat dan membeli produk hasil olahan bank sampah lewat sana,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif