SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Pengemis (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Sejak diberlakukan Perda larangan memberikan uang kepada pengemis, kawasan Masjid Agung Sleman steril dari pengemis

 

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Harianjogja.com, SLEMAN- Sejak diberlakukan Perda larangan memberikan uang kepada pengemis, kawasan Masjid Agung Sleman steril dari pengemis. Masyarakat lebih memilih mengisi kotak infak di masjid dibandingkan memberikan ke pengemis.

Berdasarkan pengamatan Harianjogja.com di Masjid Agung, tak ada satupun terlihat pengemis atau orang yang meminta-minta di sekitar lokasi. Kondisi itu juga diamini petugas keamanan Masjid Agung Abdul Kadir. Menurutnya, kondisi tersebut tidak hanya terjadi selama Ramadan tetapi juga di luar bulan puasa.

Tidak hanya siang dan sore hari, setelah selesai ibadah taraweh juga tidak ada aktivitas meminta-minta di kawasan masjid. Konsekuensi dari itu, jamaah masjid lebih banyak yang mengisi infak masjid daripada memberikan ke pengemis.

“Yang pasti sejak diberlakukan larangan memberikan uang kepada pengemis, tidak ada lagi [pengemis] di sini. Awalnya kucing-kucingan, tapi kami selalu mensterilkan itu,” katanya kepada Harianjogja.com, Jumat (9/6/2017).

Hal senada disampaikan Kepala Seksi Operasi dan Ketertiban Satpol PP Sleman Sri Madu. Menurutnya, pihaknya secara rutin mengawasi dan menggelar operasi penjaringan pengemis dan gelandangan. “Jauh hari sebelum Ramadan kami juga sering gelar operasi,” katanya.

Dia menegaskan, di Sleman tidak ada pengemis musiman. Yang terlihat, katanya, rata-rata pengemis (pelaku) merupakan orang baru. Jika ditemukan adanya pengemis, pihaknya langsung mengirim pengemis tersebut ke Dinas Sosial (Dinsos) DIY.

“Mereka di masukkan dalam camp assesment. Dinsos sudah memiliki program sendiri untuk assesment,” ujar Madu.

Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Dinsos Sleman Surono mengatakan, operasi pengemis dan gelandangan dilakukan sejak 1 Juni lalu. Operasi yang sama digelar hingga 30 Juni mendatang. Mereka yang terjaring operasi langsung dikirim ke panti sosial Dinsos DIY. Dengan begitu, pergerakan pengemeis dan gelandangan bisa dinetralisir.

“Kami juga lakukan penjagaan disimpang empat atau pertigaan strategis bersama Satpol PP. Baik shift maupun penjangkauan secara rutin. Termasuk setelah taraweh,”ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya