SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja mengecat bagian depan dan atap Pagelaran Keraton Ngayogyakarta, Sabtu (14/12/2013). Sejumlah perawatan bangunan keraton menggunakan Dana Keistimewaan mulai dianggarkan. Di pengujung 2013 pengecatan pada Pagelaran Kraton Kasultanan Yogyakarta yang merupakan wajah depan Kraton Ngayogyakarta mulai dilaksanakan. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Penggunaan danais, tahap pertama cair 25% dari total alokasi danais Rp547,4 miliar. Dinas Kebudayaan DIY tahun ini berencana merehab dua Masjid Pathok Negoro

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Kebudayaan DIY tahun ini berencana merehab dua Masjid Pathok Negoro yang berlokasi di Dongkelan Bantul dan Mlangi Sleman. Kedua masjid yang masuk kategori benda cagar budaya (BCB) itu direhab menggunakan dana kesitimewaan (Danais) sebesar Rp2,8 miliar.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Kasi Purbakala Dinas Kebudayaan DIY Dian Laksmi Pratiwi mengatakan, sebenarnya ada empat masjid Pathok Negoro yang masuk BCB. Dua masjid Pathok Negoro berlokasi di Plosokuning, Minomartani, Sleman dan Babadan Banguntapan, Bantul. Keempatnya akan direhab secara bertahap dengan danais.

“Tahun ini dua dulu yang direhab dengan danais Rp2,8 miliar. Tahun depan dua lagi,” kata Dian, saat dihubungi Rabu (11/3/2015) sore.

Anggaran danais untuk Masjid Pathok Negoro itu termasuk dalam alokasi danais urusan kebudayaan yang nilainya mencapai Rp420,8 miliar dari total danais tahun ini sebanyak Rp547,4 miliar.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono mengatakan, anggaran danais Rp402,8 miliar akan digunakan untuk 66 kegiatan yang sudah disusun sejak 2014 lalu. Ke-66 kegiatan tersebut tersebar di kabupaten dan kota yang berhubungan dengan pelestarian budaya, pengembangan, perlindungan dan pemanfaatan, termasuk pengembangan desa wisata.

Anggota Komisi D DPRD DIY Zuhrif Hudaya mengatakan, sebaiknya empat masjid Pathon Negoro tidak hanya direhab namun direvitalisasi. Keempat masjid yang dibangun empat abad lalu itu harus dikembalikan posisinya seperti semula baik dalam bentuk bangunan maupun sosio kultural masyarakat sekitar masjid.

“Masyarakat sekitar Pathok Negoro kalau dulu selalu mengikuti tradisi budaya yang digelar Masjid Gede Kauman. Itu harus dihidupkan lagi,” kata Zuhrif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya