SOLOPOS.COM - Ilustrasi sarapan (Thinkstock)

Pentingnya sarapan belum disadari oleh anak usia sekolah

Harianjogja.com, JOGJA–Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Prof.Hardinsyah MS menyebutkan, baru sekitar 40% anak usia Sekolah Dasar (SD) yang mendapatkan sarapan sehat sebelum jam 09.00 WIB.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Padahal, sarapan memberikan banyak manfaat untuk memenuhi 15-30 persen kebutuhan gizi anak.

“Dari 10 anak usia SD, masih ada tujuh yang kekurangan gizi sarapan,” ujar Hardinsyah, Minggu (18/4/2016).

Ia juga mengatakan, selain 40% anak yang tidak sarapan, sepertiga sarapan yang dikonsumsi anak belum memenuhi syarat.

Menurutnya, ada banyak manfaat yang didapat dari sarapan. Di antaranya agar tubuh menjadi sehat, cerdas dan turut menghadirkan keceriaan di pagi hari.

Tidak sarapan membuat perut kosong, kondisi lemah dan pusing. Pada kondisi ekstrem bahkan bisa menyebabkan pingsan.  Sudah banyak penelitian yang membuktikan, nilai yang sarapan pada anak lebih tinggi dari yang tidak sarapan.

“Jika kondisi tubuh lemah maka anak akan kesulitan berkonsentrasi dan itu mengganggu proses belajar. Jika perut terisi dan otak mendapat asupan gizi, maka dipastikan akan melalui pagi hari dengan ceria,” tuturnya di sela-sela kampanye gizi seimbang di SDN Serayu, Kotabaru.

Penyebab anak tidak sarapan di pedesaan, imbuh dia, disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan. Sedangkan di kota, lebih dikarenakan tidak tahu manfaat pentingnya sarapan. Padahal dari sisi ekonomi cukup mampu.

Kampanye gizi seimbang yang dilakukan melalui pendidikan sarapan sehat ini, diselenggarakan Pergizi Pangan bersama PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Pada kampanye ini, siswa SDN Serayu mendapatkan sarapan berupa mie dilengkapi sayur dan telur, kemudian susu.

Dwi Setyo, CSR Manager Indofood mengatakan, pada tahun ini kegiatan edukasi yang digelar dalam rangka Pekan Sarapan Nasional (Pesan) digelar di 90 sekolah dengan sasaran 12.500 siswa SD, 750 guru SD, 750 orang tua, serta 750 mahasiswa dan dosen.

“Kegiatan berlangsung di 10 kabupaten/kota seperti Jogja, Semarang, Banymas, Surabaya, Sidoarjo, dan malang. Sasarannya bukan jumlah sekolah tapi jumlah murid yang terlibat dalam kegiatan ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya