Jogja
Kamis, 17 Maret 2016 - 02:40 WIB

PENYAKIT BERBAHAYA : Petani Rentan Penyakit Leptospirosis

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tikus (nhs.uk)

Kebanyakan dari mereka enggan menggunakan alat pelindung untuk mengurangi kemungkinan infeksi bakteri leptospira.

Harianjogja.com, WATES-Petani maupun kalangan masyarakat lain yang sering beraktivitas di persawahan dinilai rawan terserang penyakit leptospirosis. Kebanyakan dari mereka enggan menggunakan alat pelindung untuk mengurangi kemungkinan infeksi bakteri leptospira.

Advertisement

Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kulonprogo, Baning Rahayujati mengatakan, bakteri leptospira diantaranya disebarkan melalui air kencing tikus. Menurutnya, area persawahan menjadi rawan karena merupakan salah satu habitat populasi tikus. “Air yang di sekitar sana bisa saja sudah terkena bakteri leptospira dan petani tidak mengetahuinya,” ungkap Baning, Rabu (16/3/2016).

Baning menjelaskan, bakteri leptospira bisa masuk ke tubuh manusia melalui luka dan mukosa. Padahal, petani sering kali tidak menyadari atau memang membiarkan bagian tubuh yang terluka ringan, misalnya karena tergores tanaman kolonjono. Selain itu, petani juga biasa menggunakan air irigasi untuk mencuci tangan, kaki, atau bahkan wajah.

Sosialisasi pencegahan penyakit leptospirosis telah dilakukan Dinkes Kulonprogo kepada para petani maupun kalangan rentan lain. Mereka disarankan menggunakan alat pelindung diri (APD) saat beraktivitas di area persawahan, seperti sepatu bot dan sarung tangan. Namun, mereka enggan memakai APD karena dianggap menyulitkan dan repot untuk bekerja.

Advertisement

Petani kemudian diharapkan setidaknya mengenakan baju berlengan panjang untuk mengurangi kemungkinan terjadinya luka. Usai beraktivitas, mereka diminta mencuci tangan dan kaki dengan sabun. Baning mengungkapkan, detergen yang terdapat pada sabun cukup efektif membunuh bakteri lestospira. “Pilih sabun yang banyak detergennya. Kalau perlu tidak hanya cuci tangan dan kaki tapi sekalian mandi,” kata Baning.

Sebanyak 32 kasus leptospirosis terjadi sepanjang tahun 2015. Baning lalu menyatakan, leptospirosis memang bukan salah satu penyakit yang grafiknya tinggi di Kulonprogo. Hingga pertengahan Maret ini, Dinkes Kulonprogo juga baru mencatat adanya satu kasus. “Itu terjadi Februari kemarin. Korbannya warga Galur dan sudah sembuh,” ujar dia

Meski demikian, masyarakat tetap diminta selalu waspada dengan menerapkan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pasalnya, leptospirosis berat bahkan bisa menyebakan kematian akibat gagal ginjal akut jika tidak segera ditangani.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif