Jogja
Minggu, 15 Desember 2013 - 14:10 WIB

Penyelamatan Penyu Hadapi Kendala

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyu Belimbing (leathery turtle) di Pantai Baru (JIBI/Harian Jogja/dok)

Harianjogja.com, SLEMAN–Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan penyu merupakan satwa yang sangat rentan terhadap penyakit. Dalam 50 tahun terakhir populasinya menurun lebih dari 80%.

Hal itu diungkapkan, Ikhwanudin Rofi’i, salah seorang panitia seminar nasional  bertema Konservasi Penyu di Indonesia: Problematika dan Usaha Penyelamatan Penyu Sebagai Warisan Anak Cucu dalam siaran pers yang diterima harianjogja.com, Sabtu (14/12/2013).

Advertisement

Seminar ini digelar karena kondisi dan keberadaan penyu Indonesia yang kian memprihatinkan. Hal ini membuat Kelompok Pengamat Peneliti Pemerhati Herpetofauna (KP3 Herpetofauna) Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Harian Jogja menyelenggarakan  seminar, Selasa (10/12/2013) di Auditorium Fakultas Kehutanan UGM.

Seminar tersebut  menghadirkan empat pembicara dari  empat perspektif stakeholder konservasi penyu yaitu Prof. Djoko T. Iskandar, peneliti  (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Ruri Epilurahman dosen Biologi UGM, Titis Firtiyoso HP dari BKSDA DIY dan Hiltrud Cordes dari LSM Turtle Foundation Germany.

Sesuai  dengan tema yang diusung, seminar ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai kondisi penyu terkini di Indonesia. “Termasuk permasalahan yang menyangkut pelestarian penyu, dan cara konservasi yang dilakukan dari stakeholder terkait yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian penyu untuk masa depan,” jelas Ikhwanudin Rofi’i.

Advertisement

Djoko menambahkan, hambatan konservasi penyu di antaranya maraknya konsumsi telur penyu oleh masyarakat. Ada anggapan telur penyu  sebagai penambah vitalitas. “Di sinilah peran peneliti diuji, melakukan studi kasus mengenai hal tersebut serta menginformasikan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga telur,” tambah Djoko.

Rury, sebagai akademisi yang berkecimpung di bidang Herpetofauna mengatakan, upaya konservasi dapat dilakukan lewat pendidikan lingkungan, penelitian mahasiswa mengenai perilaku, genetika, embriologi, habitat, fisiologi dan anatomi, serta reproduksi penyu.

Selain itu juga dapat dilakukan lewat pengabdian di masyarakat berupa monitoring, Forum Group Discussion dan pendampingan  serta advokasi.

Advertisement

Tidak jauh berbeda, BKSDA DIY juga mengaku sebagai usaha melindungi penyu dari kepunahan dilakukan dengan penangkaran serta sosialisasi UU dan peraturan yang mengatur tentang pelestarian penyu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif