SOLOPOS.COM - Aktivitas bongkar muat beras di Gudang Perum Bulog Divisi Regional DIY, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Selasa (18/4). (JIBI/Harian Jogja/Gigih M. Hanafi)

Pemerintah Desa Kampung, Kecamatan Ngawen menagih janji Bulog untuk melakukan penyerapan gabah milik petani

 
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Pemerintah Desa Kampung, Kecamatan Ngawen menagih janji Bulog untuk melakukan penyerapan gabah milik petani. Desakan muncul dikarenakan pembelian hanya berlangsung sampai Maret, sedang hingga sekarang tindaklanjut penyerapan belum ada kejelasan.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Dampak dari penghentian ini, petani kembali menjual gabah hasil panen kepada tengkulak. Kepala Desa Kampung, Suparna mengungkapkan, penjualan gabah milik petani ke tengkulak tidak lepas dari stok yang dimiliki koperasi telah penuh sehingga tidak lagi menampung panen dari masyarakat.

“Harganya memang hanya beda tipis, tapi sesuai dengan janji dari Bulog untuk melakukan penyerapan. Maka kami minta itu ditepati, apalagi kami sudah melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang kebijakan tersebut,” kata Suparna kepada wartawan, Kamis (27/4/2017).

Menurut dia, sejak dilakukan sosialisasi di awal tahun lalu, koperasi Mudah Cerdas telah menampung 22 ton gabah milik petani. Dari jumlah itu, Bulog telah membeli sekitar sepuluh ton. Namun sejak akhir Maret, pembelian tersebut dihentikan hingga sekarang, tanpa ada kejelasan pasti apa penyebabnya.

“Berdasarkan SK dari kementerian penyerapan hanya dilakukan sampai Agustus. Tapi dalam sebulan terakhir, Bulog tidak membeli lagi sehingga stok di koperasi menumpuk,” tutur dia.

Suparna mengakui, guna mengurangi stok gabah di gudang, pengelola koperasi terpaksa menjual ke  tengkulak. Langkah itu diambil agar kondisi keuangan yang dimiliki tetap stabil, sehingga tidak mengganggu operasional.

“Kita harus ambil langkah itu karena modal yang dimiliki koperasi juga kecil. Hingga saat ini, koperasi sudah menjual ke tengkulak sebanyak enam ton. Jadi sisa gabah di gudang masih ada sekitar enam ton,” katanya lagi.

Menurut dia, harga yang ditetapkan tengkulak dengan Bulog hanya beda tipis. Para tengkulak menetapkan harga gabah Rp4.200-4.300 per kilogram, sedang untuk Bulog dipatok Rp4.350 per kg.

“Sebenarnya baik petani atau koperasi lebih memilih menjual  ke Bulog karena  timbangannya bisa lebih pas,  ketimbang takaran milik tengkulak. Tapi mau bagaimana lagi, hingga sekarang [kemarin] Bulog belum melakukan penyerapan lagi,” ujarnya.

Terpisah,  Anggota satuan kerja pengadaan gabah Bulog DIY, Ery Nurul Hilal menyampaikan, pihaknya masih melakukan evaluasi pengadaan dari gunungkidul. Evaluasi dilakukan menyangkut mamsalah kualitas hingga tingkat kesesuaian harga di pasaran. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat evaluasi telah selesai dilakukan sehingga penyerapan bisa dilanjutkan lagi,” katanya saat dihubungi kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya