SOLOPOS.COM - Wagiran, 43, perajin perak dari Desa Banjarejo, Kecamtan Tanjungsari sedang memanasi bahan baku perak. (JIBI/Harian Jogja/Yodie Hardiyan)

Wagiran, 43, perajin perak dari Desa Banjarejo, Kecamtan Tanjungsari sedang memanasi bahan baku perak. (JIBI/Harian Jogja/Yodie Hardiyan)

GUNUNGKIDUL—Perajin perak Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari mengharapkan perhatian pemerintah terkait modal dan peralatan kerja. Selama ini perajin mengaku masih menggunakan alat-alat tradisional dengan kondisi memprihatinkan.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Salah seorang perajin, Wagiran, 40, mengatakan alat-alat yang dipakainya telah rusak.

“Seperti gembosan, plepet, semuanya sudah jelek kondisinya,” kata Wagiran kepada Harian Jogja beberapa waktu lalu.

Wagiran mengatakan, pemerintah belum pernah memberikan bantuan modal kepada perajin perak sepertinya. Bekerja sebagai perajin sejak 1984, Wagiran merasakan minimnya perhatian dari instansi terkait.

Selama ini Wagiran menyetor kerajinan perak ke Kotagede, Jogja. Selain perak, dia juga biasa melayani pembuatan kerajinan tembaga. “Seperti buat bros, mahkota, kalung. Saya membuatnya setengah jadi,” katanya.

Menurutnya, ada tiga perajin perak di Desa Banjarejo termasuk dirinya. Wagiran mengambil bahan perak dari Kotagede, mengkreasikannya di Gunungkidul, lalu menyetorkannya kembali ke Kotagede.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya