Jogja
Rabu, 8 Juni 2022 - 22:59 WIB

Peralihan Musim, Nelayan di Bantul Alami Paceklik Ikan Laut

Ujang Hasanudin  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang nelayan Pantai Baru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Bantul memperbaiki jaring lantaran tak bisa melaut karena gelombang tinggi, Rabu (8/6/2022). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Solopos.com, BANTUL — Puncak musim paceklik ikan di laut selatan diprediksi berlangsung pada Juli hingga Agustus 2022. Musim paceklik ikan ini dipicu pancaroba atau peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Bantul, Suyanto, mengatakan saat ini kondisi angin dan gelombang di laut sangat tidak menentu atau kondisinya sedang ekstrem sehingga nelayan harus ekstra hati-hati.

Advertisement

Menurutnya, puncak musim paceklik ikan ini akan berlangsung pada Juli dan awal Agustus. Nelayan yang turun melaut dipastikan jumlah sangat sedikit akibat angin timuran yang cukup kencang dan gelombangnya tidak bersahabat.

“Sebenarnya para nelayan atau warga pinggiran pantai sudah pandai membaca tanda-tanda alam sehingga saat melaut harus hati hati,” katanya saat ditemui di Pantai Baru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Rabu (8/6/2022).

Advertisement

“Sebenarnya para nelayan atau warga pinggiran pantai sudah pandai membaca tanda-tanda alam sehingga saat melaut harus hati hati,” katanya saat ditemui di Pantai Baru, Kalurahan Poncosari, Kapanewon Srandakan, Rabu (8/6/2022).

Baca Juga: Upacara Adat Pisungsung Jaladri Ungkapan Syukur Warga Pesisir di Bantul

Meski gelombang tinggi, ada beberapa nelayan yang nekat melaut, meski hasil tangkapannya memang tidak terlalu banyak.

Advertisement

Jika dikalkulasikan sebelum pancaroba hasil tangkapan seluruh nelayan bisa ampai satu ton lebih dalam sehari.

Baca Juga: Kecelakaan Beruntun di Bantul, Seorang Pria Meninggal Terlindas Truk

“Kalau kondisi saat ini tangkapan ikan dari seluruh nelayan di Bantul tidak sampai satu ton karena nelayan yang melaut sedikit tangkapan ikan juga hasil sedikit,” ujarnya.

Advertisement

Disinggung soal pasokan ikan ke warung-warung kuliner di lokasi wisata pantai, Suyanto mengatakan baik musim paceklik ikan maupun tidak, pasokan ikan untuk kuliner di tempat wisata tetap kurang dan harus mendatangkan dari luar Bantul karena hasil tangkapan nelayan terkadang ketidak sesuai dengan permintaan ikan yang akan dimasak dan diminati wisatawan.

Biasanya wisatawan sejauh ini menggemari cumi-cumi, kepiting, cakalang, udang, dan kerang.

“Sementara hasil tangkapan nelayan di Bantul seperti bawal laut, kakap, caru hingga ikan layur kurang ramah di kantong wisatawan sehingga dijual kepada pengepul ikan langganan dari nelayan. Ikan bawal laut, layur adalah ikan kualitas ekspor sehingga harga tinggi dan tidak dilirik oleh wisatawan,” papar Suyanto.

Advertisement

Salah satu nelayan Pantai Baru yang tetap nekat melaut, Khabi mengaku hari ini turun melaut tetapi hasil tangkapannya sangat sedikit bahkan hanya dapat dua ekor ikan caru dari jaring di tengah laut.

“Ikannya memang ukurannya besar karena jaring kendengan sengaja dengan ukuran untuk menjaring ikan dengan ukuran besar. Jaring kita pasang di tengah laut kemudian diberi jangkar dan dibiarkan di laut dan hari berikutnya baru dicek ikan yang terjaring di jaring,” ujarnya.

Adapun nelayan lainnya lebih banyak tidak melaut dan hanya memperbaiki alat tangkap ikan.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Nelayan: Puncak Paceklik Ikan Terjadi Juli-Awal Agustus

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif