SOLOPOS.COM - Ilustrasi layanan kredit perbankan (Dedi Gunawan/JIBI/Bisnis)

Antara penyaluran kredit dengan dana yang dihimpun bank masih timpang.

Harianjogja.com, JOGJA— Adanya ketimpangan antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun dari masyarakat, membuat bank harus jeli melihat
sektor-sektor yang berpotensi bisa dialiri kredit.
Bank Indonesia melihat, sektor perdagangan menjadi sektor yang berpotensi menyerap kredit paling besar.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

“Kalau melihat pembagiannya, penyaluran kredit yang potensial adalah ke sektor perdagangan yang sebesar 28,73 persen,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY, Budi Hanoto, Kamis (26/10/2017).

Perdagangan memiliki potensi yang besar dalam menyerap kredit karena perdagangan selama ini memberi andil besar dalam menggerakkan perekonomian di DIY. Selain perdagangan, sektor potensial lain adalah industri, hotel dan restoran, dan konstruksi.

Sementara untuk kondisi pertumbuhan penyaluran kredit saat ini, jasa pendidikan menempati posisi pertama yaitu dengan capaian 128,05%, disusul jasa kesehatan 30,37%, dan industri pengolahan 28,37%. “Industri pengolahan di Jogja itu didominasi oleh industri makan minum,” jelas Budi. Usaha kuliner kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga termasuk di dalam industri pengolahan tersebut.

Budi mengatakan, kalangan UMKM juga memiliki potensi besar untuk menyerap kredit perbankan. Hanya saja, kendala yang masih kerap dihadapi adalah kurangnya kesadaran mereka dalam memahami pentingnya
pencatatan keuangan. Catatan keuangan menurut Budi merepresentasikan kondisi bisnis dari UMKM. “Laporan yang sesuai standar perbankan itu yang mampu mencerminkan aktivitas dari UMKM,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya