SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Dapur Umum (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto )

Harianjogja.com, SLEMAN-Perempuan memiliki peran aktif dalam penanggulangan bencana, baik saat tanggap darurat hingga proses pemulihan pasca bencana.

Meski demikian, kebijakan pemerintah terkait pengurangan resiko bencana (PRB) dinilai Merapi Resiliensi Consortium (MRC) masih kurang berpihak pada perempuan.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

“Kebijakan PRB cenderung belum merata dan kurang memperhatikan perempuan. Selain tentang penanggulangan bencana, advokasi untuk kebijakan pro perempuan juga harus diperhatikan,” kata Sarija, Executive Commite MRC, sebelum acara “Temu Perempuan Sahabat Merapi (PSB) untuk PRB” di Cangkringan, Sabtu (20/9/2014).

Sarija mengungkapkan, MRC ingin menunjukkan besarnya peran perempuan dalam PRB dengan memasilitasi kegiatan kelompok-kelompok PSB yang tersebar di Sleman, Magelang, Klaten, dan Boyolali.

“Harus ada koordinasi yang jelas. Kita bersiap diri, bahkan jauh sebelum bencana terjadi,” ujarnya.

Berbagai kegiatan dilakukan oleh masing-masing PSB. “Misalnya kegiatan pemberian makanan tambahan bagi lansia, pengembangan usaha alternatif, pengelolaan lumbung pangan, olahan pangan, peternakan, dan lainnya,” papar Sarija.

Menurut Sarija, seluruh kegiatan tersebut merupakan langkah antisipasi apabila sewaktu-waktu memasuki masa tanggap darurat. “Kita arahkan agar mereka punya cadangan pendapatan, pangan, dan relasi sosial,” ucapnya.

Sementara itu, pelatihan-pelatihan terkait PRB yang berjalan selama ini, diusahakan agar mayoritas pesertanya adalah perempuan.

“Sudah banyak perempuan yang aktif mengikuti pelatihan kebencanaan dari kami, seperti dapur umum, trauma healing, hingga pelatihan ekonomi produksi pasca bencana,” papar Asih Kurhartati, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman.

Asih mengatakan, peran perempuan dalam PRB akan terus ditingkatkan. “Ketika daerah itu rawan bencana, kami sebisa mungkin meningkatkan kemampuan mitigasi fisik maupun non fisik, sehingga bisa mengurangi dampak bencana,” lanjutnya.

Wakil Bupati Sleman, Yuni Satia Rahayu menambahkan, pertemuan yang dihadiri 106 kelompok PSB dari Sleman dan Magelang itu diharap bisa menjaring aspirasi dari seluruh peserta.

“Semoga ini mengasilkan konsep yang bisa diajukan ke Pemkab masing-masing. Itu penting agar pemerintah bisa menindaklanjuti dengan program-program yang lebih pro perempuan,” kata Yuni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya