SOLOPOS.COM - Ilustrasi jalur Bukit Bego, Dlingo, Bantul, lokasi kecelakaan maut bus wisata pada 6 Februari 2022. (Harian Jogja-Catur D.J.)

Solopos.com, BANTUL — Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan uji kecepatan kendaraan tanpa menginjak rem dan gas di Bukit Bego, Kabupaten Bantul, yang menjadi lokasi kecelakaan maut hingga menyebabkan 13 orang meninggal pekan lalu. Uji kecepatan kendaraan di Bukit Bego, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) digelar KNKT, Senin (14/2/2022).

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), KNKT, Ahmad Wildan, mengatakan pada jalan menurun, gaya gravitasi yang besar akan menarik kendaraan. KNKT telah menguji dengan menggunakan mobil Ford Ranger Double Cabin melintasi turunan di Bukit Bego. Berjalan dengan persneling dua, kendaraan yang digunakan KNKT itu mampu melaju dengan kecepatan 70 km per jam tanpa pengeraman dan tekanan gas.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

“Tadi saya minta Kadishub [Kepala Dinas Perhubungan Bantul] nyoba sendiri, ‘Bapak ikut mobil KNKT deh.’ Saya minta pengemudinya pakai gigi dua, jangan ngerem jangan ngegas. Coba kecepatannya berapa pada jarak sekitar 500 meter dari atas. Kecepatannya 70 [km/jam] tanpa ngerem tanpa ngegas, itulah gaya gravitasi Bumi,” terang Wildan, Senin (14/2/2022).

Baca juga: Cegah Korban, KNKT Usulkan Kolam Jebakan di Jalur Maut Bukit Bego

Di jalan menurun, kendaraan terus didorong gaya gravitasi. Hal ini menyebabkan beberapa risiko seperti angin habis dan kampas panas. “Itu seperti kemarin [kecelakaan bus di Bukit Bego pada Minggu, 6 Februari 2022], dia [sopir] menggunakan gigi tiga. Pengemudi saya pakai gigi dua saja kecepatannya 70 [km/kam] tadi, tanpa ngerem. Berarti dia kan dipaksa harus ngerem-ngerem terus,” ungkapnya.

“Bus sama Ford Ranger gedean bus kan. Artinya gaya dorongnya gedean bus. Sopir berarti harus ngerem-ngerem terus,” imbuhnya.

Wildan menjelaskan sistem kerja rem pada bus. Saat bus digas, rem akan mengisi angin, sedangkan saat bus direm, angin akan dibuang. Pada saat berjalan di turunan, kendaraan tidak memiliki banyak kesempatan mengisi angin karena sopir tidak menginjak gas.

“Dia hanya buang terus. Pada saat tekanannya kurang dari enam, pengemudi hanya merasakan ngepos, maka bunyi jes jes gitu, tapi dia enggak dapat ngerem, sudah hilang tenaga, sudah loyo. Bus yang kecelakaan di Bukit Bego sudah enggak bisa ngerem lagi, itu berdasarkan penjelasan dari pembantu pengemudi, karena pengemudinya meninggal,” kata dia.

Pakai Gigi Rendah

KNKT juga telah memeriksa kondisi bus menabrak tebing Bukit Bego. Wildan menyatakan semua sistem rem bagus, angin masih ada. Roda kendaraan pun bagus, tidak halus, tidak gundul. “Kampas tromolnya juga standar, jadi enggak ada masalah,” kata dia. Namun, sopir bus memasang gigi tiga di jalanan menurun sehingga bus melaju sangat kencang.

Pada saat melakukan pengujian, Wildan mencontohkan salah satu truk yang menuruni jalanan Bukit Bego dengan muatan alat berat. Lampu truk tersebut tidak menyala. Wildan menyebut truk tersebut tidak mengerem.

Baca juga: Kecelakaan Bantul, Sopir Diduga Tabrakkan Bus ke Tebing Agar Aman

“Belakang lampu rem tidak menyala. Berarti dia enggak ngerem dari atas. Tapi dia pakai gigi satu dan pakai exhaust brake. Dia selamat, itu yang bener. Artinya dia dari atas enggak pernah ngerem, yang nahan kendaraan itu mesin,” ucap dia.

Kepala Dinas Perhubungan Bantul Aris Suharyanta memcoba langsung mengecek kecepatan kendaraan dengan persneling dua. “Dari atas ke bawah tidak ngerem, tidak ngegas, sampai lokasi ban dipasang paling ujung di Bukit Bego, kecepatannya 70 km per jam,” tuturnya.

Menurut Aris, bila diteruskan kendaraan akan makin kencang setelah melintasi Bukit Bego. “Pas belok tadi sopirnya ngerem, kalau enggak ngerem, enggak berani. Karena kecepatan semakin tinggi. Kalau sampai sana [bawah] bisa 80 km per jam, bisa 100 km per jam lebih,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya