SOLOPOS.COM - Penyandang disabilitas mendengarkan tausiyah saat mengikuti Pesantren Ramadan Anak-Anak Difabel di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Selasa (15/7/2014). Pesantren kilat tersebut diisi dengan tausiyah serta pemberian motivasi yang diikuti oleh anak penyandang disabilitas dari berbagai provinsi di Indonesia. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Organisasi Sosial Penyandang Cacat (OSPC) di Gunungkidul berharap Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberikan perhatian lebih terhadap kaum disabilitas.

Mereka minta diberikan pelatihan khusus untuk bekal hidup karena pemberdayaan untuk kalangan difabel masih minim.
Berdasarkan catatan OSPC Gunungkidul, ada sekitar 12.000 warga penyandang cacat di seluruh wilayah Gunungkidul.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Separuh dari kelompok ini merupakan masyarakat dalam usia produktif. Sayangnya, keterbatasan fisik membuat mereka tidak bisa berkarya secara maksimal. Apalagi, selama ini pelatihan-pelatihan yang diberikan masih minim.

“Diperkirakan 5.000 sampai 6.000 difabel di Gunungkidul masuk usia produktif. Namun, sampai kini akomodasi pemerintah untuk menumbuhkembangkan kelompok difabel juga masih sangat minim,” ungkap anggota OSPC Gunungkidul, Untung Subagyo, dalam acara Sosialisasi Hak-Hak Difabel Berdasarkan Prinsip Disabilty Convention (Disco) untuk Mewujudkan Gunungkidul Sebagai Kabupaten Insklusi di Bangsal Sewokoprojo, Rabu (6/8/2014).

Menurut Utung, mayoritas kehidupan kaum difabel masih di bawah rata-rata. Keterbatasan akses maupun fisik menjadi kendala bagi kelompok ini untuk berkembang. Karena itu, dia berharap agar pemerintah bisa responsif untuk memberikan pelatihan pemberdayaan secara berkala dan berkelanjutan.

Tujuannya, selain meningkatkan kompetensi, mimpi mewujudkan kesejahteraan masyarakat difabel jadi semakin mudah. “Dampaknya kesejahteraan bagi kami masih sangat jauh. Hanya, satu atau dua orang bisa bangkit untuk meraih kesuksesan,” kata dia.

Meski demikian, Untung tidak menampik Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Gunungkidul pernah memberikan pelatihan. Namun, intensitas yang diberikan masih minim. Apalagi, peserta pelatihan yang diikutkan, hanya orang itu-itu saja.

Masalah lainnya, menurut Untung, bantuan yang diberikan usai pelatihan seringkali tidak sejalan dengan pelatihan yang diberikan. Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu kaum disabilitas Gunungkidul mendapatkan pelatihan elektro.

Sayangnya, saat pelatihan berakhir anggota pelatihan mendapatkan bantuan kompresor.

“Kalau seperti ini jelas tidak sejalan dengan pelatihan yang diberikan. Jadi, kalau pun ada bantuan yang diberikan setelah pelatihan harus sesuai dengan apa yang diajarkan,” harap dia.

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengakui aksesibilitas bagi kaum difabel di Gunungkidul masih minim. “Dari diskusi ini bisa diambil gambaran bagaimana menetukan kebijakan yang akan diambil ke depannya seperti apa?” kata Wabup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya