SOLOPOS.COM - Salah seorang pedagang ikan di Pasar Bantul, Juminten saat menata dagangannya, Selasa (20/12/2016). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Perikanan Bantul mengalami penurunan tangkapan.

Harianjogja.com, BANTUL — Musim hujan yang mengguyur Bantul dituding menjadi penyebab menurunnya hasil produksi ikan nelayan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepada Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi pada Senin (16/1/2017) mengungkapkan, musim hujan dan angin kencang yang melanda Bantul mengakibatkan nelayan enggan berlayar. Bahkan keengganan nelayan tersebut muncul sejak tahun kemarin.

Saat ini tercatat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Depok adalah TPI yang menunjukkan produktivitas tinggi, sedangkan TPI Mancingan diketahui sebagai TPI yang memiliki tangkapan paling rendah. Namun kondisi menurunnya hasil tangkapan nelayan terjadi di seluruh TPI yang ada di Bantul, termasuk di Ngentak, Kwaru, Samas, Patihan.

Kendati saat ini mengalami penurunan produktivitas, Pulung mengungkapkan pihaknya tetap optimistis target jumlah tangkapan 2017 sebanyak total 740.000 ton dapat dicapai. Karena saat ini, dinas yang dipimpinnya mendapatkan bantuan kapal tangkap ikan berkapasitas 10 gross ton dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, sebanyak empat unit.

“Kami juga meningkatkan Sumber Daya Manusia nelayan, dengan melatih mereka agar bisa melaut lebih dari satu hari, selama ini mereka hanya berlayar sehari saja. Harapannya dengan begitu akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan,” kata dia.Hasil Survei

Pengumpul dan Pengolah Data Statistik Perikanan Tangkap Kabupaten Bantul Rosita mengatakan, dari hasil survei yang ia lakukan di lapangan, nelayan yang tidak melaut karena hasil tangkapan minim, ada juga yang memilih mengambil aktivitas lain untuk mengisi pundi-pundi uang mereka. Misalnya dengan menjadi penambang pasir di Kali Progo, seperti dilakukan oleh sejumlah nelayan di Ngentak dan Kwaru, wilayah yang cukup dekat dengan Kali Progo. Bukan hanya nelayan yang mengisi aktivitas mereka dengan menambang pasir, melainkan juga tukang dorong kapal.

“Menambang pasir bisa memberikan mereka hasil yang lumayan Rp500.000-Rp700.000. Karena kalau mereka melaut, tidak akan mendapat apa-apa, hanya rugi tenaga dan membeli bahan bakar di awal,” tuturnya.

Dari data yang dimiliki, penurunan jumlah hasil tangkapan bahkan mencapai sekitar 40%, namun data ini masih bisa berubah, karena belum semua TPI memberikan laporan produktivitas tangkapan mereka.

Sementara itu, salah satu nelayan TPI Depok Mistok membenarkan bahwa untuk sementara ini dirinya tidak melaut untuk menangkap ikan, dikarenakan cuaca tidak mendukung, hujan dan angin kencang, yang menyebabkan gelombang tinggi. Kendati demikian, ia tidak memiliki profesi sampingan dan memilih untuk beraktivitas di rumah membenahi jala yang rusak atau kegiatan lainnya. Nekat melaut tidak akan memberikan hasil apa-apa, karena ikan tidak terlihat, kalaupun ada hasil yang didapatkan sekitar Rp200.000 saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya