SOLOPOS.COM - Nelayan pantai selatan Bantul (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Perikanan Bantul untuk tengkulak harus dicegah secepatnya.

Harianjogja.com, BANTUL-Maraknya tengkulak di semua titik Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bantul memang kian mencekik nelayan. Nelayan kian tak memiliki banyak pilihan untuk menjual ikan hasil tangkapannya dengan harga yang pantas.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Diakui sendiri oleh Mugari, nelayan asal Pantai Samas. Kepada Harianjogja.com, ia mengakui, keberadaan tengkulak memang seolah menjadi momok bagi para nelayan. Betapa tidak, harga ikan-ikan hasil tangkapannya bisa jauh lebih murah ketimbang menjualnya langsung ke pasar dan pedagang ikan. “Selisihnya bisa Rp5.000-Rp10.000 per kilogramnya,” katanya, Kamis (10/9/2015).

Dicontohkannya, harga ikan ekspor terendah saat ini yang didapatkannya dari tengkulak hanya berkisar Rp90.000 per kilogram. Sedangkan tengkulak sendiri menjualnya dengan harga Rp92.000-Rp95.000 per kilogram. Jika ia menjualnya langsung ke pedagang ikan, harga ikan tersebut bisa mencapai Rp95.000.

Terlebih, untuk saat ini, hasil tangkapan ikan laut memang tengah memasuki musim paceklik. Diakuinya, ombak yang tak stabil membuat hasil tangkapan pun menurun. Oleh karena itulah, jika tengkulak tetap mempermainkan harga kendati stok ikan laut menipis, pihak nelayanlah yang menurut Mugari akan menjadi korban.

Mugari menduga, keberadaan tengkulak itu sudah sangat menjamur di seluruh pesisir. Hal itu terbukti dari adanya keseragaman harga yang dipatok para tengkulak itu di seluruh titik TPI yang ada di sepanjang pesisir selatan Bantul.

Selain itu, ia juga mencurigai kerja keberadaan tengkulak itu pun sudah terorganisir sedemikian rapi. Pasalnya, ia kerap menemukan banyak tengkulak yang memberikan ikan hasil tangkapan nelayan kepada tengkulak di TPI lainnya untuk dibeli. “Karena jika harganya tidak cocok, maka ikan bisa dilemparkan ke tengkulak lainnya. Dan anehnya, harganya relatif sama,” ujar Mugari lagi.

Diakuinya, keberadaan tengkulak itu pada dasarnya juga turut membantu proses distribusi ikan hasil tangkapan para nelayan. Pasalnya, pihak nelayan tak mungkin menjual langsung ikan hasil tangkapannya kepada para pedagang yang berlokasi jauh dari bibir pantai. “Kami itu juga butuh tengkulak. Tapi mbok ya jangan permainkan harga,” tegasnya.

Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah untuk bisa mengendalikan gerak para tengkulak ini. Salah satunya adalah dengan menetapkan harga standar yang tidak terlalu rendah namun juga bisa tetap memberikan keuntungan bagi para tengkulak tersebut. Selain itu, ia juga berharap agar pemerintah bisa memberikan suntikan modal di masing-masing TPI melalui koperasi untuk bisa menampung ikan hasil tangkapan para nelayan. “Dengan begitu, koperasi itu bisa menggantikan peran para tengkulak juga,” katanya.

Terkait hal itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menegaskan, persoalan tengkulak ini tak hanya terjadi di Bantul. Hampir di seluruh pantai Indonesia, sebagian besar nelayannya pasti akan berhadapan dengan para tengkulak. Diakuinya, para tengkulak itu memang terorganisir dengan sangat baik. Bahkan tang jarang, para pengurus TPI juga ada yang bertindak sebagai tengkulak.

Oleh karena itulah, ia menghimbau kepada pemerintah daerah untuk bisa bertindak aktif dalam mengendalikan ulah para tengkulak ini. Salah satunya adalah dengan intens melakukan pengontrolan harga ikan laut.

Dikatakannya, pengendalian harga ini penting untuk menjaga agar nelayan bisa tetap merasakan dampak melimpahnya hasil laut di perairan Indonesia. Jika dimonopoli tengkulak, ia khawatir nantinya akan berdampak pada kolapsnya nelayan. “Tahu sendiri, biaya operasional melaut kan juga tinggi,” katanya saat ditemui wartawan di sela acara penutupan pameran foto Pewarta Foto Indonesia (PFI) di Bentara Budaya Yogyakarta, Rabu (9/9/2015) malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya