SOLOPOS.COM - Pengunjung berburu diskon di Hartono Mall, Selasa (20/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Penurunan daya beli masyarakat dirasakan peritel di Jogja

 
Harianjogja.com, JOGJA-Penurunan daya beli masyarakat dirasakan peritel di Jogja. Penurunan tidak hanya dirasakan hanya saat momentum Ramadan-Lebaran tetapi secara umum sejak awal 2017.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Manager Fresh Giant Express Godean Setyo Yulianto mengatakan, kondisi penjualan mengalami kelesuan dibandingkan 2016. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah customer yang melakukan transaksi di Giant Express Godean. Penurunannya diperkirakan mencapai 5%.

“Sekarang ada 800 customer [saat weekdays] dan kalau weekend lebih dari 1.000,” katanya, Rabu (19/7/2017).

Menurutnya data tersebut sudah mengalami penurunan 5% dari tahun lalu.

Penurunan daya beli juga terlihat dari batas minimal transaksi. “Saat ini minimal transaksinya Rp90.000. Jadi turun dari tahun sebelumnya,” lanjut Setyo.

Ia sendiri memegang jabatan sebagai manager komoditas segar seperti buah-buahan. Menurut pengamatannya, penurunan daya beli lebih disebabkan karena varian buah yang menurun, sebagai akibat dari pembatasan kuota impor yang ditetapkan pemerintah.

Buah impor yang dijual di Giant saat ini tidak variatif sehingga membuat minat beli masyarakat juga berkurang. Selain itu, kata Setyo, penurunan daya beli di Giant disebabkan oleh banyaknya kompetitior yang bermunculan di Jogja.

Dari seminar yang ia ikuti bersama jaringan pengelola toko, penurunan daya beli masyarakat juga dikeluhkan hampir semua pelaku toko yang ada.

Sementara itu, General Manager Plaza Ambarrukmo Surya Ananta mengatakan, secara umum kondisi perdagangan ritel mengalami penurunan. Namun yang terjadi di Ambarrukmo Plaza sendiri bukan penurunan penjualan tetapi lebih kepada pergeseran konsumen.

Selama ini, Ambarrukmo Plaza hadir dengan menyasar kelas menengah atas sehingga tenant-tenant yang dihadirkan pun mulai dari kelas menengah sampai kelas atas. “Para kalangan atas membuat transaksinya lebih turun dan tetap terlayani di kami. Jadi kami lebih mengalami pergeseran, bukan penurunan,” tuturnya.

Meski enggan menyebut angka pertumbuhannya, tetapi ia menegaskan bahwa pertumbuhan penjualan di Ambarrukmo Plaza pada 2017  jika dibandingkan 2016 menduduki angka yang sama. “Kalau diketemukan jatuhnya sama, 100 persen,” katanya.

Secara khusus pada Ramadan-Lebaran kemarin, ia mengakui jika distribusi konsumen tersebar selama dua pekan karena liburan Lebaran kali ini cukup panjang dan berbarengan dengan tahun ajaran baru. Lain halnya dengan tahun sebelumnya yang mana puncak transaksi pengunjung hanya terjadi selama sepekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya