SOLOPOS.COM - Ilustrasi kopi JIBI/Harian Jogja/Reuters

Proses pengeringan biji kopi saat cuaca seperti saat ini lebih lama dibandingkan jika cuaca berlangsung pada cuaca normal.

Harianjogja.com, SLEMAN- Cuaca kemarau basah yang diselingi hujan menyebabkan proses pengeringan hasil panen Kopi Merapi lebih lama dari biasanya. Kondisi tersebut berdampak pada tersendatnya proses penjualan kopi ke pasaran.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Ketua Koperasi Usaha Bersama (KUB) Kopi Merapi, Sumijo mengatakan, kemarau basah yang melanda tahun ini menyebabkan sinar matahari tidak panas sempurna. Kondisi tersebut menyebabkan proses pengeringan biji kopi lebih lama dibandingkan jika cuaca berlangsung normal. “Kalau biasanya proses pengeringan dilakukan sepekan, saat ini harus dilakukan dua sampai tiga pekan,” keluhnya, Rabu (3/8/2016).

Dia menjelaskan, akibat lamanya proses pengeringan biji kopi tersebut para petani turut merasakan dampaknya. Jika sepekan dikeringkan biji kopi tersebut langsung dijual, saat ini petani harus menunggu dua hingga tiga minggu sebelum menyerahkan ke KUB. “Pasokannya jadi berkurang. Petani baru bisa menjual biji kopi kering pada pertengahan atau akhir Agustus nanti. Saat ini sebenarnya sudah panen,” ujarnya.

Di wilayah Cangkringan, petani menanam biji kopi jenis robusta di lahan seluas 100 hektare. Nilai jual Kopi Merapi saat ini masih stabil. Harga untuk gelondong basah robusta mencapai Rp6.000 per kilogram sementara arabika Rp5.000 per kilo gram.

“Kalau kami memiliki lahan pengeringan khusus yang beratap, mungkin tidak masalah. Saat hujan datang petani tidak lagi repot mengangkut biji kopi yang sedang dijemur, kemudian mengulang penjemuran dari awal,” kata pemilik Kedai Kopi Petung itu.

Kepala Seksie Bina Produksi, Bidang Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (DPPK) Sleman, Siti Rochayah menjelaskan, sejatinya produksi kopi Merapi tahun ini ditargetkan mencapai 6 kuintal per hektare. Hanya saja, target tersebut dirasa sulit karena terkendala kondisi cuaca. “Produksi biji kopi kering saat ini hanya sekitar 5 kuintal per hektare atau masih sedikit jauh dari target 6 kuintal per hektare di tahun ini,” ujarnya kepada wartawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya