SOLOPOS.COM - Tanman bunga krisan di Samigaluh Kulonprogo. (Switzy Sabandar/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO-Kapasitas produksi bunga Krisan di Samigaluh baru memenuhi 50% dari keseluruhan permintaan.

Ketidaksiapan para petani mengadopsi teknologi baru dalam pertanian disinyalir menjadi penyebabnya.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ketua Asosiasi Seruni Menoreh Suharso mengakui pemasaran krisan Samigaluh terganjal minimnya produksi. Saat ini para petani hanya mampu mengirim 10.000 batang per dua minggu, padahal permintaan krisan mencapai 10.000 batang per minggu.

“Bahkan, para petani Krisan menyetop pengiriman ke Solo karena kapasitas produksi belum mencukupi, kami juga menolak tawaran dari Malang karena mereka meminta 700.000 batang bunga Krisan,” paparnya, baru-baru ini.

Ia menilai ketidaksiapan petani mengadopsi teknologi pertanian baru menjadi salah satu penyebab produksi krisan tak dapat digenjot.

“Mereka terbiasa dengan pertanian tradisional, setelah menanam ditinggal, dan hal ini tidak bisa diterapkan untuk Krisan,” terangnya.

Suharso menjelaskan tanaman Krisan berasal dari daerah subtropis yang waktu siang lebih panjang, sehingga dalam pertumbuhannya diperlukan penambahan sinar empat sampai lima jam tergantung cuaca di tempat itu.

“Kalau panas terik cukup diberi tambahan sinar empat jam, namun jika mendung perlu sinar sampai lima jam,” urainya.

Asosiasi Seruni Menoreh, kata Suharso, sudah menyampaikan metode penanaman krisan yang tepat kepada para petani yang berasal dari Desa Gerbosari, Ngargosari, Pagerharjo, dan Sidoharjo.

Desa tersebut dinilai potensial untuk penanaman Krisan yang membutuhkan pengairan yang cukup. Saat ini terdapat sekitar 70 petani Krisan di Samigaluh dan mereka menjual tanaman kepada asosiasi untuk disalurkan kepada pedagang.

Diungkapkannya, tujuan pemasaran satu pintu untuk menjaga kestabilan harga. Satu batang bunga Krisan dihargai sekitar Rp1.200 oleh asosiasi. “Biasanya Krisan Samigaluh bisa ditemui di Kotabaru Jogja, Purworejo, dan Wates,” imbuh dia.

Sugeng Rahmanto, 35, salah satu petani Krisan di Samigaluh menyebutkan sudah empat kali panen Krisan dan hasilnya lumayan. “Tiap tiga bulan sekali panen dan bisa memperoleh pendapatan bersih Rp3 juta,” kata Sugeng.

Pemilik tiga kubung krisan ini sebelumnya memanfaatkan lahan untuk menanam singkong. Setelah mengetahui potensi krisan, ia pun beralih komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya