Jogja
Rabu, 13 Januari 2016 - 20:55 WIB

PERPUSTAKAAN DESA : Warga Desa Masih Malu-Malu Berkunjung ke Perpustakaan

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perpustakaan Kulonprogo. (JIBI/Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Perpustakaan desa di Banjararum Kailbawang banyak dikunjungi anak-anak

Nyaris 5 tahun sejak meraih penghargaan sebagai perpustakaan desa terbaik ke-2 seluruh Indonesia pada tahun 2011 lalu, Perpustakaan Arum kini dibanjiri koleksi buku dan media sarana belajar.

Advertisement

Minat masyarakat sekitar membaca juga meningkat, namun sebagian besar masih malu-malu untuk datang langsung ke perpustakaan dan memilih untuk menitip peminjaman bukunya pada anak-anaknya.

Perpustakaan bercat biru itu nampak sepi, hanya ada beberapa pria yang duduk di terasnya sedang merokok sambil saling berbincang-bincang. Namun, pintu perpustakaan itu sendiri tertutup padahal hari baru saja beranjak siang.

Advertisement

Perpustakaan bercat biru itu nampak sepi, hanya ada beberapa pria yang duduk di terasnya sedang merokok sambil saling berbincang-bincang. Namun, pintu perpustakaan itu sendiri tertutup padahal hari baru saja beranjak siang.

Pada papan yang terpampang di bagian depan tertulis jika jam buka perpustakaan tersebut antara pukul 09.00-16.00 WIB. “Sedang keluar yang jaga, tunggu saja sebentar,” ujar bapak berseragam yang sedang duduk di teras.

Tak lama seorang wanita datang sambil tersenyum, dia biasa dipanggil sebagai Bu Ita dan merupakan satu-satunya penjaga perpustakaan yang berlokasi di Desa Banjararum, Kalibawang Kulonprogo tersebut. “Maaf ya tadi saya sedang mengantarkan obat ke suami,” ujar Ita.

Advertisement

Nampak beberapa buku berserakan di lantai perpustakaan. Bukan tanpa sebab karena perpustakaan ini sendiri baru saja selesai direnovasi. “Baru habis dibetulkan eternitnya, diganti jadi asbes karena sudah tua” jelas Ita.

Sebelumnya langit-langit perpustakaan itu terbuat dari anyaman bambu dan sudah lapuk dimakan usia. Ia juga menyebutkan jika perbaikan ini dilakukan dengan dana dari APBDes.

Wanita bernama lengkap Pradita Andreas ini menjelaskan jika prestasi Perpustakaan Arum tahun 2011 lalu banyak berefek pada kondisi perpustakaan ini. “Kami jadi punya banyak fasilitas media, televisi dan laptop,” jelas Ita.

Advertisement

Menurutnya peralatan tersebut sangat menarik bagi para pengunjung perpustakaan yang didominasi anak-anak SD. Dengan bantuan peralatan multimedia tersebut, anak-anak desa sekitar punya kesempatan menikmati tayangan edukasi, selain juga membaca buku koleksi perpustakaan yang letaknya bersebelahan dengan Balai Desa Banjarum ini.

Jumlah koleksi buku ini jauh meningkat dibandingkan kala perpustakaan ini belum meraih penghargaan. Sebelumnya, hanya terdapat sekitar 300 buku yang mejadi koleksi perpustakaan ini. “Sekarang kami rutin dapat bantuan buku dari perpusnas [perpustakaan nasional],” ujar Ita.

Hal ini jelas membantu karena untuk pengadaan buku secara mandiri masih terbatas dengan dana yang dimiliki. Jenis buku bantuan dari perpusnas sendiri disesuaikan dengan jenis masyarakat sekitar perpustakaan yang bersangkutan.

Advertisement

Saat ini, Perpustakaan Arum memiliki sekitar 8.300 koleksi buku yang terdiri dari berbagai jenis buku. “Tapi kebanyakan buku di sini jenisnya buku terapan seperti buku cara bertani dan memasak,” jelas Ita.

Meski demikian, perpustakaan ini dilengkapi dengan buku-buku bertema umum, sejarah, motivasi dan inspiratif. Perpustakaan ini juga memiliki koleksi berpuluh-puluh buku pengetahuan bagi anak-anak dengan visual yang menarik.

Setiap harinya sekitar 10-15 orang mengunjungi perpustakaan ini untuk membaca dan juga meminjam buku. Uniknya, meski kebanyakan yang meminjam buku merupakan anak sekolah tapi biasanya mereka juga mendapat titipan peminjaman buku dari orang tua mereka.

“Orang desa kan masih suka isin, anggapannya ke perpustakaan itu anak-anak,” jelas Ita.

Karena itu, umumnya tiap anak meminjam 3-4 buku yang sebagiannya merupakan buku bagi orang dewasa.

Ita sendiri mengakui jika banyak perubahan terjadi pasca penghargaan tersebut. Meski memang jumlah pengunjung masih terbatas, tapi jumlah ini jelas jauh meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Bantuan peralatan multimedia juga dianggapnya membantu menarik minat anak-anak datang meski tidak untuk membaca. “Ada yang datang cuma untuk nonton videonya tapi kan nanti lama-lama pasti tertarik dengan bukunya,” ujar Ita.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif