SOLOPOS.COM - Ilustasi pendidikan (JIBI/Dok)

Di sektor tenaga menengah, Indonesia kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Harianjogja.com, JOGJA-Kopertis Wilayah V DIY mengakui masih rendahnya persentase pendidikan vokasi di perguruan tinggi swasta (PTS) dibandingkan program sarjana. Perguruan tinggi didorong untuk merubah paradigma promosi dengan tidak menekankan pada sarjana namun juga diploma atau sarjana terapan.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Koordinator Kopertis Wilayah V DIY Bambang Supriyadi menjelaskan, sejak dua tahun silam, pihaknya mendapatkan sosialisasi langsung dari Presiden dan Menristek Dikti terkait penekanan pendidikan vokasi. Hal ini mengingat di sektor tenaga menengah, Indonesia kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM). Selain itu, dilihat dari sisi data pengangguran 2015, ada 688.000 pengangguran di mana sebanyak 495.000 di antaranya adalah lulusan sarjana.

Oleh karena itu, pasca sosialisasi tersebut, selama dua tahun terakhir, dalam berbagai kesempatan, pihaknya telah berupaya mendorong PTS untuk mengarah ke vokasi. “Walaupun saya tidak bisa memaksakan mereka [PTS], tetapi sudah saya sampaikan beberapa kali, bahwa pemerintah ingin mendorong ke arah vokasi,” terangnya kepada Harian Jogja, Senin (20/11).

Bambang menambahkan, pendidikan vokasi di PTS Jogja dapat ditemui di sejumlah akademi komunitas yang menyediakan program D-1 dan D2, serta sekolah tinggi dan universitas yang membuka program D-3 dan D-4. Sehingga sejumlah program yang mengarah ke vokasi memungkinkan ada dan sudah ada, pihaknya berupaya untuk mempertahankan bahkan diupayakan pengembangannya.

“Kalau di Jogja saya sudah sering sampaikan itu, untuk PTS kecil yang punya akademi atau politeknik yang banyak punya D-3, bahkan STTKD itu punya pramugari sama ground handling saya sampaikan jangan dihilangkan itu terus ditawarkan, kalau perlu didukung supaya banyak orang tua yang memilih ke sana [diploma],” tegas Bambang.

Ia menegaskan, dalam konteks ini perguruan tinggi sepenuhnya memenuhi keinginan masyarakat. Karena itu, yang harus dilawan adalah keinginan masyarakat, terutama para orang tua yang menginginkan anaknya jadi sarjana. Bambang menyarankan, PTS sebaiknya mengubah pola promosi dengan tidak semata-mata mengarah kepada sarjana.

Cara lain yang sesuai dengan pendidikan vokasi adalah promosi melalui sarjana terapan atau program D-4. Istilah sarjana, diakuinya, cukup menyihir masyarakat sehingga enggan memilih program Diploma. “Kalau vokasi D-4 itu bukan berarti nggak sarjana, itu tetap sarjana hanya disebut sarjana terapan,” kata dia.

Ia menyebutkan, persentase sekolah vokasi masih rendah, dari 599 prodi, jumlah program S-1 sudah mencapai 350 prodi, kemudian D-3 tidak sampai 100 prodi. Setingkat universitas juga dapat mencontoh UGM yang memiliki Sekolah Vokasi. “Kalau D-3 tidak sampai 100, makanya paling tidak yang ada dipertahankan, syukur mau menambah [diploma],” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya