SOLOPOS.COM - ilustrasi perumahan (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, SLEMAN — Sejumlah proyek yang ada di atas bukit Padukuhan Beran, Kalurahan Margodadi, Sayegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dituding menjadi penyebab dari bencana banjir di wilayah tersebut. Padahal, sebelumnya lingkungan di RT 003, Padukuhan Beran, tidak pernah dilanda banjir.

Namun, sejak sejumlah proyek pembangunan di atas bukit diaktifkan. Wilayah tersebut dilanda banjir.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Bukit tersebut terletak di perbatasan antara Kalurahan Margodadi, Seyegan, dan Kalurahan Sidoarjo, Godean. Di bukit tersebut ada beberapa proyek, yakni perumahan di sisi barat dan timur. Selain itu ada pengerukan di sisi tenggara.

Ketua RT 003 Beran Kidul, Marwanto, menceritakan wilayahnya sudah dua kali diterjang banjir. Banjir yang terakhir menjadi paling parah, air sampai masuk ke rumah warga dengan tinggi dampai di bawah lutut orang dewasa. Banjir masuk rumah warga ini baru pertama kali terjadi.

“Kalau yang pertama tahun lalu, tetapi tidak sampai masuk rumah,” ujarnya, Jumat (19/5/2023).

Ia menjelaskan ada satu rumah yang kemasukan air sampai di dalam ruangan dan dua rumah yang terkena air sampai di teras. Dibanding banjir tahun lalu, pada banjir yang kedua terjadi peningkatan volume air yang signifikan. Padahal, curah hujan justru lebih kecil.

Pada banjir yang pertama, hujan turun sehari semalam sebelum akhirnya menyebabkan banjir. Sementara pada banjir kedua hujan hanya turun sekitar 2,5 jam dan terjadi banjir lebih besar.

“Sumbernya dari luapan tempuran [pertemuan] sungai,” katanya.

Walau belum ada kajian mendalam, dia memperkirakan banjir ini dipengaruhi oleh proyek perumahan di bukit yang berada di atas sisi barat permukiman RT 003. Di lokasi tersebut saat ini sedang dibangun perumahan yang terhenti.

“Baru dibangun fondasi,” ungkapnya.

Selain perumahan, di sisi tenggara bukit juga ada proyek pengerukan tanah. Berdasarkan informasi yang dihimpun warga, pengerukan itu digunakan untuk uruk tol. Dua proyek ini diduga mengakibatkan banjir karena sedimentasi yang terjadi di bawahnya.

Marwanto mengungkapkan sungai di dekat permukiman tersebut telah terjadi pendangkalan.

“Tiap kali hujan, tanah yang di atas rencana perumahan itu, lumpurnya turun. Dari pihak pengembang tidak dibuat saluran, jadi masuknya ke sungai,” kata dia.

Selain itu, pepohonan di atas bukit yang hilang akibat proyek-proyek tersebut membuat sistem penyerapan air hujan tidak ada, sehingga membuat air hujan langsung turun ke bawah.

“Pohonnya hilang, peresapan jadi tidak ada,” ujarnya.

Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) UGM, Pramono Hadi, menuturkan terjadinya banjir tidak selalu disebabkan proyek penambangan atau sebagainya di atas bukit. Meski demikian, jika terjadi sedimentasi atau pengendapan, bisa disebabkan oleh proses pengambilan tanah.

Sedimentasi ini, kata dia, disebabkan tidak adanya pengelolaan buangan tanah.

“Mestinya ada sedimen trap yang volumenya memadai sebelum dialirkan ke sungai. Mestinya ada di dokumen lingkungan UKL-UPL [Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup],” katanya.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Wilayah Dusun Beran Banjir untuk Pertama Kalinya, Proyek Perumahan di Atas Bukit Biangnya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya