Jogja
Jumat, 7 Juli 2017 - 20:20 WIB

PERTANIAN BANTUL : Bendung Ambrol sudah 10 Bulan, Petani Keluhkan Irigasi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/dok)

Sejak ambrol sepuluh bulan yang lalu, hingga kini belum ada rencana pembangunan ulang Bendung Karang yang berada di Donotirto, Kretek, Bantul

Harianjogja.com, BANTUL–Sejak ambrol sepuluh bulan yang lalu, hingga kini belum ada rencana pembangunan ulang Bendung Karang yang berada di Donotirto, Kretek, Bantul.

Advertisement

Akibatnya saluran irigasi yang bersumber dari Bendung Karang mati total. Padahal bendungan tersebut mengaliri lahan seluas 160 hektar di tiga desa yakni Donotirto, Tirtosari dan Tirtohargo.

Berdasarkan pantauan Harianjogja.com, Bendung Karang yang ambrol akibat tergerus air memang belum diperbaiki, hanya diberi bangket untuk mengurangi derasnya aliran air. Selain itu, tanah di sepanjang sisi kanan dan kiri banyak yang ikut ambrol. Bahkan bangunan pintu irigasi utama telah retak.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Harianjogja.com, Bendung Karang yang ambrol akibat tergerus air memang belum diperbaiki, hanya diberi bangket untuk mengurangi derasnya aliran air. Selain itu, tanah di sepanjang sisi kanan dan kiri banyak yang ikut ambrol. Bahkan bangunan pintu irigasi utama telah retak.

Salah satu petani di Desa Gading Katon, Donotirto, Suranta mengatakan sejak Bendung Karang jebol, petani di tiga desa kesulitan mendapat pasokan air irigasi. Sebelumnya irigasi yang bersumber dari bendungan yang ambrol pada Oktober 2016 itu, menjadi andalan bagi para petani.

Kini mereka mengandalkan pasokan air dari Bendung Mojo, Angkruksari. Namun jumlahnya sangat sedikit dan harus dibagi-bagi. “Kadang kalau debitnya sedikit, alirannya tidak bisa setiap hari. Lima hari ada lima hari lagi tidak ada,” katanya pada Jumat (7/7/2017).

Advertisement

Selain itu petani juga menggunakan pompa air yang bersumber dari sumur bor untuk mencukupi kebutuhan. Hal ini diakuinya membuat biaya tanam membengkak. Sekali mengairi lahan menggunakan pompa diesel, Suranta dan petani lainnya mengeluarkan harus mengeluarkan Rp35 ribu untuk bahan bahan bakar.

“Padahal seminggu bisa empat sampai lima kali, apalagi kalau tanam bawang harus setiap hari,” imbuhnya.

Harapan petani untuk kembali mendapat aliran irigasi dari Bendung Karang nampaknya masih lama terealisasi. Pasalnya Pemkab Bantul baru akan menganggaran pembangunan bendung sepanjang 20 meter itu pada 2018 mendatang.

Advertisement

Kepala Seksi Pengelolaan Jaringan Irigasi Bidang Sumber Daya Air DPUPKP Bantul, Yitno membenarkan hal tersebut. Menurutnya pada 2017 ini belum ada penganggaran terkait pembangunan Bendung Karang.

Anggaran tersebut baru akan dialokasikan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2018. “Kalau tidak salah anggarannya Rp 6-7 milyar,” katanya.

Yitno menjelaskan rencananya Bendung Karang tersebut akan dibangun ulang karena tidak memungkinkan untuk dilakukan perbaikan. Pembangunan ulang bendungan tersebut tetap akan menempati lokasi yang sama, menimbang saluran irigasi yang saat ini sudah ada.

Advertisement

Namun tidak menutup kemungkinan, bendungan baru akan lebih besar dari bangunan bendungan yang lama. “Kita sesuaikan dengan kebutuhan, prioritasnya cukup untuk mengairi 160 hektar lahan,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif