SOLOPOS.COM - Petani menabur pupuk di Kediri, Jumat (6/2/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rudi Mulya)

Pertanian Bantul, kerusakan tanah mencapai grade dua sehingga dibutuhkan pupuk kimia

Harianjogja.com, BANTUL—Program pemerintah menggalakkan penggunaan pupuk organik dinilai gagal. Penggunaan pupuk kimia saat ini masih jauh lebih tinggi dibanding pupuk organik.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Anggota Kelompok Tani Dusun Ngemplak, Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Sugito, mengungkapkan sudah lima tahun terakhir ini, petani yang dulunya butuh 20 kilogram pupuk kimia, seperti urea atau ponska, sekarang justru menjadi 50 kilogram.

Bila program pupuk organik—yang digulirkan sudah lama—berhasil, tentunya penggunaan pupuk kimia dapat ditekan.

“Padahal, besaran lahan pertanian tiap tahun terus menyusut. Tentunya, kalau menyusut, penggunaan
pupuk kimia juga mengecil tetapi ini justru meningkat. Kemana saja pupuk organiknya?” ujar Sugito, Sabtu (21/3/2015).

Menurut dia banyak hal menyebabkan penggunaan pupuk kimia tinggi. Pertama karena petani sudah terlanjur bergantung dengan pupuk kimia. Tanpa pupuk itu, hasil panen tidak akan sebagus yang diharapkan. Selain alasan kepraktisan lantaran pupuk tinggal ditabur alias tidak perlu mengolah lagi.

“Petani tidak mau repot harus membersihkan kandang ternak, mengolah pupuk organik. Maunya tinggal praktis langsung tabur tapi yang justru merusak lingkungan,” paparnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Partogi Dame Pakpahan membatah program pupuk organik gagal. Tingginya pupuk kimia menurutnya karena saat ini kerusakan tanah sudah semakin parah. Alhasil dari waktu ke waktu butuh pupuk yang semakin banyak.

“Di Bantul itu kerusakan tanah sudah grade dua, artinya sudah lampu merah. Makanya butuh sekali pupuk kimia,” ucapnya. Meski di sisi lain penggunaan pupuk organik sudah semakin banyak, Partogi mengklaim di setiap kecamatan memiliki sentra produksi pupuk organik.

Saat ini di daerah Pantai Samas bahkan sudah berdiri pengolahan pupuk organik yang memproduksi 1.000 ton pupuk per tahun.

“Tidak benar kalau program pupuk organik itu gagal. Di Samas itu petani memproduksi pupuk dan disuplai untuk bahan baku pupuk petroganik,” papar Partogi. Namun, saat ditanya berapa total pupuk organik yang terserap di Bantul, Partogi mengaku tidak hapal data.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya