SOLOPOS.COM - Ilustrasi panen padi. (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Pertanian Gunungkidul untuk komoditas padi mengalami serangan hama sehingga hasil panen turun 20%

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Sejumlah petani di Gunungkidul mengeluh hasil panen di masa tanam kedua mengalami penurunan. Jika dibandingkan dengan masa tanam pertama penurunannya sekitar 25%.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Diduga kuat penurunan tersebut dikarenakan adanya serangan hama mulai dari hama jamur daun, kresek, dan patah leher.

Salah seorang petani di Desa Gejahan, Sugiman mengaku panen yang dihasilkan di masa tanam kedua mengalami penurunan. Di masa tanam pertama, dari sepetak sawah digarapnya mampu menghasilkan 608 kilogram gabah kering, sedangkan di musim panen kali ini hanya mendapatkan 418 kilogram gabah kering.

“Hasilnya turun mas, dan tidak sebaik di masa tanam pertama,” kata Sugiman kepada Harian Jogja di sela-sela kegiatan persiapan masa tanam ketiga, Rabu (5/8/2015).

Penurunan panen padi ini disebabkan oleh dua faktor. Pertama, saat pemeliharaan, Sugiman mengaku sempat kesulitan untuk mendapatkan pupuk eceran. Sedangkan faktor kedua, penurunan disebabkan karena adanya serangan hama jamur yang menyerang daun padi.

“Mau bagaimana lagi, sebenarnya saya sudah tidak kurang-kurang dalam pemeliharaan. Mudah-mudahan di masa tanam ketiga ini hasilnya bisa lebih baik,” ujar dia.

Hal senada juga diungkapkan Suroso, petani di Desa Gejahan yang lain. Menurut dia, penurunan yang terjadi tidak begitu parah, namun sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani.

“Saya belum bisa mengungkapkan dengan pasti, tapi penurunannya ada sekitar 25% dari panen sebelumnya,” kata Suroso.

Dia mengakui, saat pemeliharaan sudah melakukan berbagai upaya agar hama sejenis sundep ini bisa hilang. Namun demikian, antisipasi tersebut tidak maksimal karena faktanya hama itu tetap menyerang tanaman padi miliknya.

“Meski demikian saya tetap bersyukur karena hasilnya juga masih bagus,” tuturnya.

Serangan hama padi ternyata tidak hanya terjadi di Kecamatan Ponjong. Di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar juga mengalami hal yang sama, sehingga panen padi milik petani di masa tanam kedua juga mengalami penurunan.

“Hasilnya kurang baik, dan masih kalah dengan panen sebelumnya,” kata Ketua Gabungan Kelompok Tani Sri Rejeki Dusun Ngrandu, Desa Katongan, Nglipar Sugeng Apriyanto.

Dia menjelaskan, di panen pertama per ubinnya bisa menghasilkan gabah hingga delapan kilogram. namun di masa panen kedua, mereka hanya bisa menghasilkan padi 5,5 kilogram per ubinnya.

Menurut Sugeng, penurunan itu terjadi karena adanya serangan berbagai hama di antaranya kresek, patah leher hingga sundep. Namun gangguan yang paling banyak disebabkan karena kresek dan patah leher.

“Jika sudah terserang, tanaman padi cepat menguning, tapi hasilnya berkurang karena banyak bulir padi yang tak berisi,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya