Jogja
Selasa, 4 Oktober 2016 - 15:55 WIB

PERTANIAN GUNUNGKIDUL : Hujan, Petani Semangka Gagal Panen

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tugiran mencabuti tanaman semangka yang tumbuh tak sempurna di ladangnya, Senin (3/10/2016). (Mayang Nova Lestari/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Gunungkidul menghadapi masalah gagal panen karena hujan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL— Intensitas hujan yang tinggi membuat sejumlah petani semangka di Kecamatan Paliyan, Gunungkidul gigit jari. Pasalnya mereka terpaksa mengalami gagal panen dan merugi jutaan rupiah.

Advertisement

Salah seorang Petani di Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Tugiran mengeluhkan gagal tumbuhnya ribuan benih semangka yang ditanam di lahan seluas 2.000 meter persegi miliknya tersebut. Ia mengakui bahwa sejumlah petani salah prediksi ketika memutuskan untuk menanam semangka di cuaca yang tidak menentu ini.

“Kami salah perhitungan, ternyata hujan datang lebih cepat. Padahal perkiraan petani hujan baru akan turun bulan Desember nanti,” keluh Tugiran, Senin (3/10/2016).

Tugiran mengatakan 3.000 bibit semangka berumur satu bulan tersebut rencananya akan mencapai masa panen di awal November nanti. Namun dikarenakan hujan lebat yang terus turun dalam satu minggu terakhir membuat lahan semangka terendam air hujan secara berlebihan. Padahal, sebelumnya ia optimis akan mengalami panen dengan keuntungan berlipat seperti tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement

“Tahun-tahun kemarin kalau panen semangka bisa untung sampai Rp6 juta-an,” kata dia.

Petani semangka lainnya di Desa Pampang, Rakiyem pun mengalami hal serupa. Ia pun mengaku telah mengeluarkan modal jutaan rupiah untuk membeli bibit hingga pupuk untuk perawatan tanaman semangka.

“Satu amplop isi 500 benih semangka harganya Rp125.000, ditambah untuk membeli pupuk total modalnya sampai Rp2 juta-an,” kata dia.

Advertisement

Rakiyem pun mengatakan bahwa dirinya kini tak mampu berbuat banyak untuk tanaman semangkanya yang telah terlanjur tak dapat dipanen tersebut. Ia pun berencana untuk mencabut seluruh tanaman semangka yang sebagian telah tumbuh merambat.

Untuk mengisi lahannya tersebut Rakiyem akan mengalihkan lahan semangka menjadi lahan tanaman padi. Menurutnya, padi merupakan satu-satunya tanaman yang masih dapat tahan dengan resiko hujan dengan intensitas yang tinggi.

Selain semangka, petani di Desa Pampang pun mengalami gagal tanam pada sejumlah komoditas di antaranya cabai dan bawang merah. Meskipun dapat membuahkan hasil, namun kualitas yang dicapai pada kedua komoditas tersebut tak sebaik panenan sebelumnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif