SOLOPOS.COM - Sudiyono saat menunjukan salah satu makanan berbahan baku kakau yang ada di Desa Nglanggeran, Patuk. Minggu (24/4/2016). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Gunungkidul, budidaya kakao dikembangkan.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Petani di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk mengembangkan panganan berbahan baku kakao, mulai dari cocomik, permen hingga dodol coklat.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Permasalahan utama dalam pengembangan sentra olahan kakao tidak lepas dari masalah permodalan. Sebab untuk mengembangkan produksi ini membutuhkan mesin pengolahan yang modalnya mencapai miliar rupiah.

“Untuk membeli mesin pengolahan yang sederhana butuh modal Rp1,8 miliar, jelas kami tidak bisa memenuhinya,” kata salah seorang pengurus kakao di Desa Nglanggeran, Sudiyono kepada wartawan, Minggu (24/4/2016).

Kendati demikian, ujar Sudiyono, semuanya berubah saat dibangunnya Pusat Teknologi Pertanian (PTP) di dekat Embung Nglanggeran. Adanya fasilitas ini, selain diberikan pelatihan tentang olahan makanan, juga dibantu untuk proses pengolahannya.

“Dikarenakan mesin pengolahan terletak di PTP, maka pengolahannya masih dilakukan di sana,” katanya.

Untuk saat ini, skala produksi olahan coklat masih belum maksimal. Setiap harinya baru menghasilkan produksi seberat 20 kilogram.

“Dampaknya pemasaran olahan masih di seputaran objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran,” ujar Sudiyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya