SOLOPOS.COM - Siswa SMA N 3 belajar perikanan di Bokesan, Senin (12/3) (JIBI/HARIAN JOGJA/AKHIRUL ANWAR)

Pertanian Gunungkidul, utamanya di Desa Banyusoco terancam mengalami rawan pangan. Alhasil warga akan beralih ke perikanan.

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pemerintah Desa Banyusoco, Kecamatan Playen sudah ambil ancang-ancang menghadapi potensi rawan pangan di Desa Banyusoco.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Kepala Desa Banyusoco Sutiyono mengatakan predikat sebagai desa berpotensi rawan pangan sangat wajar. Sebab luas lahan pertanian di Banyusoco semakin sedikit. Pada akhir 2014, lokasi lahan milik Kehutanan yang bisa dimanfaatkan petani semakin sempit.

“Pohon yang ditanam semakin besar sehingga lahannya sudah tidak potensial lagi untuk dimanfaatkan,” ungkap dia, Rabu (14/1/2015).

Ia mengatakan luas lahan pertanian milik warga seluas 20 hingga 30 hektare sedangkan luas lahan Kehutanan mencapai ratusan hektare. Sementara, jumlah penduduk di Banyusoco 1.688 KK, sekitar 10.000 jiwa.

Menurut dia, solusi yang bisa dilakukan yakni beralih ke sumber perekonomian lainnya. Banyusoco memiliki potensi untuk mengembangkan perikanan. Di tiga dusun yakni Klepu, Gedad, dan Sawah Lor setiap rumah tangga memiliki tiga hingga lima kolam ikan.

“Tiga dusun itu juga memiliki jumlah sumber air yang melimpah sehingga sangat cocok untuk pengembangan perikanan,” ujar dia.

Sutiyono mengatakan, Pemdes siap menyediakan lahan satu hektare dari tanah khas desa untuk perikanan. Namun, menurut dia, realisasi tersebut perlu ada dukungan dari Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten.

“Selain itu, di Banyusoco juga ada pusat pembuatan gula kelapa dan abon lele. Tentunya, itu bisa menjadi sumber pendapatan alternatif selain dari pertanian,” ungkap dia.

Sebelumnya, Badan Pelaksanaan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Gunungkidul mengungkapkan ada tujuh desa di Gunungkidul yang berpotensi rawan pangan. Salah satunya Desa Banyusoco, Kecamatan Playen.

Sub Bidang Kewaspadaan dan Mutu Pangan BPPKP Gunungkidul Fajar Ridwan mengungkapkan, BPPKP Gunungkidul telah melakukan survei sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Ada tiga indikator untuk menentukan kondisi rawan pangan yaitu ketersediaan bahan pangan, pemanfaatan, serta akses ketersediaan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya