Jogja
Minggu, 25 Oktober 2015 - 03:21 WIB

PERTANIAN GUNUNGKIDUL: Sudah Sulit Air, Harga Daun Tembakau Malah Anjlok

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Petani Merawat Tanaman Tembakau (Dok/JIBI/Solopos)

Pertanian Gunungkidul untuk komoditas tembakau membuat petani merugi

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Musim kemarau menyebabkan harga tembakau anjlok. Kondisi ini juga memaksa petani tembakau menderita kerugian.

Advertisement

Diungkapkan oleh salah satu petani tembakau di Dusun Wareng II, Desa Wareng, Wonosari, yaitu Sutrisno pada Jumat (23/10/2015). Harga jual tembakau masih dalam kondisi daun sehabis dipanen masih berbentuk daun, sebelum kemarau bisa mencapai Rp35.000 per Kilogram (Kg) hingga Rp40.000 per Kg. Namun saat ini hanya Rp27.000 sampai Rp30.000 per Kg.

Musim kemarau yang tidak kunjung berakhir, membuat dirinya harus membeli air yang diantar dengan tanki untuk dipergunakan untuk menyiram tanaman tembakau di ladangnya. Padahal, dalam sepekan, ia perlu membeli air sebanyak dua kali. Satu kali pembelian, empat buah tanki, berisi 5.000 liter air.

“Kalau dihitung-hitung, total pengeluaran dan hasil yang didapatkan tidak sebanding. Bahkan kali ini hasil daun yang berhasil dipanen, tidak begitu bagus, memang keterbatasan air menjadi kendala utamanya,” jelasnya.

Advertisement

Sementara itu, secara terpisah, salah satu petani tembakau di Dusun Kembang, Desa Sumberejo, Semin, yakni Warsono justru memilih tidak menanam tembakau pada saat ini, karena musim kemarau mengharuskan dirinya bekerja lebih keras.

“Harus menutup satu per satu tanaman dengan daun jati agar tidak kepanasan. Saya memilih menanam palawija,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif