SOLOPOS.COM - Gubernur DIY Sri Sultan HB X (depan nomor dua dari kiri), Bupati Gunungkidul Badingah (pakai jilbab) dan jajaran Forkompida DIY saat melakukan panen raya di Dusun Sedono, Desa Pundungsari, Semin. Rabu (27/9/2017). (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Warga Dusun Sedono, Desa Pundungsari, Semin melakukan panen raya padi, Rabu (27/9/2017)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Warga Dusun Sedono, Desa Pundungsari, Semin melakukan panen raya padi, Rabu (27/9/2017). Panen ini merupakan kebanggaan tersendiri karena di saat daerah lain hanya panen dua kali, namun di wilayah Sedono setahun dapat memanen padi tiga kali.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Panen raya di musim kemarau ini mendapatkan apresiasi dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Bersama-sama dengan Forum Pimpinan Daerah DIY dan Bupati Gunungkidul Badingah, Sultan melakukan simbolisasi pemotongan padi sebagai pertanda panen di musim ketiga dimulai.

Salah seorang warga Sedono, Tumino mengaku bangga dengan panen raya yang dihadiri oleh Sri Sultan HB X. Menurut dia, kedatangan gubernur merupakan sebagai bentuk penghargaan atas pengelolaan lahan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat.

Dia menjelaskan, dari sisi kondisi geografis, lokasi Dusun Sedono berada di wilayah perbukitan sehingga jarang ditemukan area yang datar. Namun demikian, hal tersebut bukan menjadi masalah karena kekurangan tersebut ditopang dengan adanya dua sumber mata air.

Menurut Tumino, dua sumber ini memberikan banyak manfaat kepada warga. Selain sebagai pemasok kebutuhan air, keberadaannya juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk pertanian.

“Jadi berkat sumber itu, setiap tahunnya kami dapat panen tiga kali. Kondisi ini merupakan hal yang sangat jarang dilihat di Gunungkidul karena rata-rata hanya panen dua kali saja,” katanya kepada wartawan, Rabu kemarin.

Hal senada diungkapkan oleh Suroto, warga lainnya di Dusun Sedono. Menurut dia, panen yang dihasilkan juga bagus karena setiap hektarnya mampu menghasilkan gabah seberat 10,4 ton.

“Yang paling menguntungkan lagi, warga tidak mengeluarkan biaya karena untuk pengairan menggunakan sistem gravitasi sehingga seluruh lahan bisa dialiri,” katanya.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Semin Ngadiman menuturkan, total lahan persahawahan di Dusun Sedono mencapai 25 hektare. Namun, untuk masa tanam ketiga area yang ditanami hanya seluas 15 hektare. Kondisi itu terjadi karena menyesuaikan dengan keberadaan sumber mata air yang sedikit berkurang.

“Memang kalau musim kemarau area luas tanam yang ada tidak sebanyak pada musim hujan. Tapi demikian, ini bukan masalah karena lahan yang dimiliki warga tetap produktif,” katanya.

Menurut Ngadiman, wilayah di Dusun Sedono masuk daerah yang istimewa karena masa panen yang dihasilkan lebih tinggi dari daerah lainnya. “Tidak banyak yang bisa panen tiga kali, karena di Gunungkidul wilayahnya tidak banyak. Selain di Sedono, panen tiga kali hanya bisa dijumpai di Ponjong, Patuk dan Karangmojo. Sedang daerah lainnya, paling banyak hanya dua kali,” tutur dia.

Bupati Gunungkidul Badingah mengapresiasi panen padi di musim kemarau yang dilakukan oleh warga Dusun Sedono. Diharapkan dengan panen itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Harus terus dipertahankan karena panen yang dihasilkan dapat memberikan dampak terhadap upaya ketahanan pangan yang digalakan pemerintah,” kata Badingah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya