Jogja
Jumat, 25 Mei 2012 - 10:47 WIB

PERTANIAN: Produksi Kedelai Kulonprogo Masih Rendah

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

KULONPROGO—Produksi kedelai di Kulonprogo masih jauh tertinggal dari Kabupaten Gunungkidul dan Sleman. Untuk meningkatkan hasil produksi, penggunaan sistem tanam terpadu akan terus dipacu.

Advertisement

Saat ditemui Harian Jogja di Dusun II, Desa Nomporejo, Kecamatan Galur, kemarin (24/5), Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo, Bambang Tri mengatakan, produksi kedelai Kulonprogo setiap tahun mencapai 5.000 hingga 6.000 ton, dengan luas lahan 3.400 hektare. ”Kalau dibandingkan dengan Guunugkidul dan Sleman, jumlah produksi Kulonprogo masih jauh di bawah,” ujarnya.

Di Kulonprogo, terang Bambang, sentra penghasil kedelai tersebar di empat kecamatan yakni Galur, Lendah, Sentolo dan Nanggulan. Untuk Sentolo, Lendah dan Galur, menurut Bambang, sistem tanam yang dilakukan para petani sudah memenuhi standar dengan memberikan jarak antartanaman kedelai. “Tapi kalau di Nanggulan mereka masih suka menggunakan cara menabur. Hasilnya pun tidak akan se-produktif sistem jarak,” ungkap dia.

Dari luas lahan kedelai tersebut, rata-rata per hektare mampu menghasilkan 2,1 ton. Akan tetapi banyak juga lahan kedelai yang hanya mampu memproduksi 1,6 ton per hektare. “Yang masih di bawah ini akan kami pacu lagi agar terus meningkat,” lanjut dia.

Advertisement

Guna memacu motivasi para petani kedelai, pihaknya mengadakan lomba Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jenis kedelai. Hasilnya, kelompok tani Bina Tani II, Nomporejo, Galur berhak mewakili Kulonprogo dalam lomba serupa tingkat provinsi dan bakal bersaing dengan kelpmpok tani dari wilayah kabupaten lainnya di DIY.

Pada Kamis pagi, kegiatan kelompok tani tersebut dinilai oleh tim verifikasi dari Dinas Pertanian Provinsi DIY yang dipimpin oleh Sigit Harjono. Menurut Sigit, penilaian akan meliputi aspek teknis penanaman, intensifikasi, administrasi, kemitraan dan sosial.

Sebelum proses penilaian dilakukan, ketua kelompok tani Bina Tani II, Buang Riyati mengungkapkan, rata-rata produksi kedelai kelompok yang dipimpinnya mencapai 2,3 ton per hektare. Akan tetapi, mereka kerap menemukan kendala untuk mendapatkan benih kedelai yang berkualitas.

Advertisement

Menanggapi hal itu, Bambang mengatakan persoalan benih kedelai memang menjadi persoalan secara nasional. Hal ini dikarenakan benih kedelai tidak boleh berusia lebih dari tiga bulan. Jika melebihi batas waktu tersebut kualitas benih akan berkurang yang berujung pada penurunan produktivitas. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya saat ini sudah mulai merintis penangkaran benih kedelai di daerah Lendah.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif