SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengairan lahan pertanian dengan air dari sumur bor. (JIBI/Solopos/Antara/Fitri Atmoko)

Pertanian Sleman terbantu dengan keberadaan cuaca esktrem

Harianjogja.com, SLEMAN– Anomali cuaca tidak semuanya berdampak buruk bagi pertanian. Para petani tadah hujan di wilayah Prambanan, Sleman, misalnya, merasa diuntungkan dengan anomali cuaca saat ini. Pasalnya, musim kemarau tahun ini mereka tidak kekurangan pasokan air.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Menurut Maredi, salah seorang petani warga Bokoharjo, Prambanan, tidak seperti tahun lalu, musim kemarau tahun ini masih dibumbui hujan. Kondisi tersebut cukup membantu petani tadah hujan untuk menanam krenthol (kacang tanah), ketela, hingga jagung.

“Tahun ini tanamannya tumbuh subur, tidak kekurangan air. Kondisi ini berbeda saat musim panas tahun lalu, tanah kering tidak bisa tanam,” katanya kepada wartawan, Rabu (27/7/2016).

Selain mengandalkan air hujan, petani di wilayah tersebut juga memanfaatkan saluran irigasi yang mengalir kecil untuk mengairi sawah. Meski mengaku tidak kekurangan pasokan air, para petani di wilayah Bokoharjo tetap enggan menanam padi. Alasannya, pasokan air irigasi yang mengalir ke lahan pertanian masih belum mencukupi kebutuhan untuk menanam padi.

“Kami hanya mengandalkan luberan air hujan dari saluran irigasi. Jadi tidak berani tanam padi,” ujarnya.

Dia menjelaskan, dalam satu tahun di wilayah Bokoharjo para petani menanam padi maksimal dua kali. Hal itu dilakukan saat musim hujan turun.

“Beda kalau sawahnya berada di pinggir sungai, mungkin masih berani tanam padi. Soalnya di wilayah tersebut petani mendapatkan pasokan air berlimpah dari sungai,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya